Upaya Indonesia Memulihkan Ekspor Udang Pasca Paparan Radioaktif
- Redaktur: Audri Rianto
- 20 jam yang lalu
- 2 menit membaca
Indonesia merupakan negara yang rutin mengekspor udangnya ke Amerika Serikat, namun beberapa hari lalu ekspor udang ke AS sempat dihentikan karena udang dari Indonesia terbukti terpapar radioaktif jenis Cesium-137 (Cs-137).

Sumber: tempo.co
Kasus tersebut sempat mengguncang industri perikanan nasional karena mengakibatkan menurunnya kepercayaan pasar terhadap udang Indonesia. Akibatnya, permintaan udang dari pasar internasional pun menurun drastis.
Harga udang di tingkat petambak anjlok, sementara banyak eksportir dan unit pengolahan hasil perikanan (UPI) menunda pengiriman dan produksi. Di tengah kondisi tersebut, pemerintah bergerak cepat memulihkan reputasi sekaligus memastikan keamanan pangan ekspor.
Langkah Strategis Indonesia
Untuk memulihkan kembali kepercayaan pasar tidaklah mudah, pemerintah harus mengerahkan dua lembaga berbeda untuk mendongkrak kembali reputasi yang telah rusak sebelumnya. Lembaga yang dimaksud adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Dengan kerja sama dari kedua lembaga tersebut, terciptalah sistem sertifikasi yang lebih ketat serta pengujian radiasi yang lebih ketat untuk mencegah lolosnya produk dengan paparan radioaktif. Proses ini melibatkan pemindaian, pengujian laboratorium, serta pengawasan berlapis mulai dari hulu hingga hilir, yaitu dari tambak, UPI, hingga proses distribusi.
Kini, setiap udang yang akan diekspor ke luar negeri harus punya dua dokumen wajib, yaitu Sertifikat Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SMKHP) serta Sertifikat Bebas Cs-137. Penetapan kebijakan ini adalah bentuk dari komitmen pemerintah untuk memperbaiki sistem keamanan pangan nasional.
Amerika Serikat Mulai Membuka Diri
Setelah diterapkan kebijakan tersebut, terbuki pada 31 Oktober 2025, AS mulai membuka diri dan menerima kembali udang dari Indonesia. Beberapa eksportir mulai mengirimkan produknya dan jumlah kontainer perdana yang dikirim adalah 7 kontainer dengan berat total 106 ton dan diestimasikan senilai 20 miliar rupiah.
Ekspor tersebut pun menjadi momentum bagi ekspor udang Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan akibat isu paparan radioaktif belakang ini.
Pemulihan Tidak Instan
Walaupun pasar internasional sudah mulai membuka diri untuk udang Indonesia, namun proses pemulahan tidaklah instan. Seperti yang disampaikan oleh Rully Setia Permana, Sekretaris Jenderal Shrimp Club Indonesia (SCI), di tingkat petambak saja, harga udang masih rendah sampai saat ini. Banyak petambak mengatakan bahwa harga udang belum sepenuhnya normal walaupun ekspor sudah mulai dilakukan. Kondisi ini juga membuat banyak petambak menunda produksi hingga keadaan benar-benar normal.
Zero Tolerance
Para pelaku industri juga mewanti-wanti agar tidak terjadi kelonggaran dalam pengurusan sertifikasi untuk ke depannya, karena hal ini bisa membuat reputasi Indonesia kembali memburuk apabila terjadi kecolongan seperti sebelumnya.
Mereka ingin pemerintah menerapkan zero tolerance, artinya tidak ada toleransi sedikit pun terhadap udang yang akan diekspor. Jika kedapatan ada paparan radioaktif walaupun dalam batas wajar sekalipun, produk harus tetap ditolak agar benar-benar aman.
Baca Juga
