Mengenal Bioassay dan Perannya dalam Budidaya Udang
- Redaktur: Audri Rianto
- 19 Jun
- 2 menit membaca
Diperbarui: 21 Jun
Kesuksesan dalam usaha budidaya udang bisa dilihat dari awal mulai penebaran benur dilakukan. Untuk itu, penebaran benur harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum ditebar ke dalam tambak, pastikan bahwa benur udang dalam keadaan sehat serta air tambak dalam keadaan baik.

Sumber: engormix.com
Ada cara efektif yang bisa dilakukan untuk mendeteksi apakah air tambak sudah cocok untuk ditebar benur atau belum. Cara yang dimaksud ialah dengan melakukan bioassay. Metode ini termasuk metode yang cukup sering dilakukan oleh petambak, karena metode ini dapat memberikan informasi biologis mengenai kondisi air tambak dengan akurat.
Apa Itu Bioassay?
Secara sederhana, bioassay merupakan metode pengujian kualitas air dengan memanfaatkan makhluk hidup seperti benur udang. Tujuan dari metode ini ialah untuk mengamati respon benur terhadap air tambak.
Respon yang diperlihatkan benur akan menggambarkan kondisi dari kualitas air tambak, apakah layak untuk ditebar benur atau masih perlu perbaikan. Dengan melakukan biassay, petambak akan terhindar dari potensi kematian benur yang bisa merugikan.
Mengapa Bioassay Penting?
Budidaya udang rentan terhadap berbagai penyakit, terutama jika kondisi lingkungan tidak optimal. Bioassay memberikan gambaran secara langsung dan cepat terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan oleh perubahan kualitas air, paparan zat kimia, atau adanya patogen dalam lingkungan tambak. Melalui uji ini, petambak dapat mengambil tindakan preventif sebelum masalah menjadi lebih besar.
Misalnya, sebelum menebar benur, petambak dapat melakukan bioassay pada air tambak untuk memastikan tidak ada senyawa beracun yang bisa membahayakan benur atau ketika terjadi kematian udang secara mendadak dan tidak jelas penyebabnya, bioassay terhadap sedimen dan air dapat membantu mengidentifikasi sumber masalah.
Proses Pelaksanaan Bioassay
Langkah awal dalam bioassay adalah mengambil sampel air dari kolam tambak yang ingin diuji. Sampel ini kemudian ditempatkan dalam wadah uji, biasanya ember atau akuarium kecil. Selanjutnya, masukkan benur udang sehat sebanyak 25 ekor ke dalamnya.
Pengamatan dilakukan secara berkala, mulai dari beberapa jam hingga 48 jam tergantung tujuannya. Petambak akan mengamati gejala stres seperti perubahan perilaku, aktivitas renang, warna tubuh, hingga kematian.
Hasil bioassay dikatakan negatif jika benur tetap aktif dan tidak menunjukkan tanda stres atau kematian dalam waktu pengamatan. Jika terjadi stres atau bahkan kematian pada benur, maka air tambak dianggap tidak layak dan perlu pengamatan ulang terhadap parameter kualitas air sebelum kegiatan penebaran benur dilakukan.
Namun, ketika persentase kematian benur kurang dari 10%, maka air tambak bisa dinyatakan layak dan aman untuk dilakukan penebaran benur, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan koreksi terhadap kualitas air.
Kesimpulan
Bioassay adalah metode pengamatan yang penting dalam manajemen risiko budidaya udang. Dengan melakukan uji secara berkala, petambak dapat mengantisipasi potensi bahaya dari lingkungan sehingga dapat menekan risiko penyakit dan meningkatkan peluang keberhasilan panen. Di tengah tantangan penyakit udang yang terus berkembang, bioassay merupakan langkah kecil yang berdampak besar bagi keberlanjutan budidaya.
Baca Juga
Commentaires