top of page

Memahami Proses Dekapsulasi pada Kultur Artemia

  • Redaktur: Audri Rianto
  • 11 Okt
  • 2 menit membaca

Saat ini, pembenihan udang dan ikan seringnya menggunakan pakan alami berupa plankton sebagai sumber pakan utama. Baik fitoplankton maupun zooplankton, keduanya dapat menyediakan nutrisi yang mampu memicu pertumbuhan larva lebih cepat.


ree

Sumber: lalaukan.com 


Mendapatkan plankton dari alam langsung dianggap tidak efisien, karena proses pencariannya cukup susah dan memakan waktu lama. Maka dari itu, para pembudidaya saat ini mengandalkan plankton kemasan yang banyak dijual di toko pertanian, seperti artemia.

 

Artemia sendiri termasuk ke dalam jenis zooplankton, yaitu plankton dari kelompok hewani berukuran mikroskopis. Ukurannya yang kecil sangat cocok dengan bentuk mulut larva udang dan ikan. Kandungan nutrisinya juga sangat tinggi, terutama protein dan asam aminonya.

 

Untuk menjadikan artemia sebagai sumber pakan, pembudidaya harus menetaskannya terlebih dahulu. Menetaskannya tidak boleh asal, agar daya tetasnya tetap terjaga. Maka dari itu, sebelum ditetaskan, artemia harus dilakukan dekapsulasi terlebih dahulu. Apa itu dekapsulasi artemia?

 

Dekapsulasi

Dekapsulasi adalah proses penghilangan cangkang luar artemia dengan bantuan cairan hipoklorit seperti campuran kaporit dan soda api. Mengapa dekapsulasi perlu dilakukan? Setidaknya ada dua alasan yang mengharuskannya.

 

Meningkatkan Daya Tetas

Lapisan luar dari cangkang artemia tergolong keras, jadi dengan dilakukannya dekapsulasi, maka lapisan yang keras tadi akan menipis yang kemudian memudahkan telur artemia menyerap oksigen dan air sehingga dapat menetas lebih cepat dan seragam.

 

Mengurangi Kontaminasi

Jarang terjadi, namun terkadang cangkang artemia bisa terkontaminasi mikroba seperti bakteri dan jamur. Dekapsulasi dengan larutan hipoklorit membantu membersihkan kontaminan yang ada, sehingga telur artemia tidak busuk.

 

Langkah Dekapsulasi

Siapkan satu wadah kosong untuk menyaring artemia dan satu wadah untuk laruran hipoklorit, saringan tipis yang rapat untuk menampung artemia, aerator dan tak lupa produk artemia berkualitas dengan daya tetas 80-90%.

 

Selanjutnya, siapkan larutan hipoklorit dengan mencampurkan kaporit dengan dosis 20 gram/liter air dan soda api 10 gram/liter air. Kemudian beri aerasi pada larutan untuk memudahkan pencampuran kedua senyawa tersebut sekaligus memberi suplai oksigen untuk menjaga kestabilan suhu.


Pantau dan jaga suhu larutan tidak lebih dari 30o Celcius, karena jika melebihi angka tersebut, larutan akan terlalu panas bagi artemia dan dapat merusaknya. Buatlah larutan dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

 

Kemudian, tuang artemia ke atas saringan yang sudah ditempatkan di atas wadah kosong. Setelahnya, siram dan aduk pelan-pelan artemia dengan larutan hipoklorit yang sudah disiapkan. Lakukan tahap ini sampai artemia berubah warna dari cokelat menjadi oranye terang.


Perubahan warna ini menunjukkan bahwa dekapsulasi berhasil dilakukan, dan biasanya proses ini memakan waktu 5-15 menit.

 

Apabila artemia sudah menjadi oranye, maka tahap selanjutnya ialah membilasnya dengan air bersih. Bilas artemia sampai busa dan bau kaporit benar-benar hilang, lalu Anda bisa lanjut ke tahap penetasan.



Baca Juga

Komentar


bottom of page