Dampak Dekomposisi Anaerob terhadap Kualitas Air Tambak Udang
- Redaktur: Audri Rianto
- 19 Jul
- 3 menit membaca
Kualitas air tambak harus diperhatikan selama proses budidaya berlangsung, sebab kualitas air sangat menentukan hasil panen. Kualitas panen sangat berhubungan erat dengan kesehatan udang, semakin baik kualitas air pada tambak, tentu udang akan semakin sehat dan produktif.

Sumber: borgenproject.org
Kualitas air dapat mengalami penurunan dan faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas air ialah kondisi dasar tambak. Dasar tambak merupakan tempat dari banyak bahan organik menumpuk yang lama-kelamaan berubah menjadi lumpur.
Bisa dikatakan bahwa kemunculan lumpur pada dasar tambak merupakan sesuatu yang wajar terjadi, sayangnya petambak seringkali kurang memperhatikannya sehingga lumpur terus menumpuk dan semakin tebal.
Lumpur tadi akan mengalami dekomposisi secara anaerob, dan proses ini akan membuat kualitas air semakin menurun bahkan menjadi beracun bagi udang.
Apa Itu Dekomposisi Anaerob?
Dekomposisi anaerob adalah proses penguraian bahan organik di dasar tambak yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Bahan organik yang dimaksud biasanya berasal dari sisa pakan, kotoran udang, dan plankton mati, kemudian menumpuk jadi satu di dasar tambak. Tumpukan bahan organik ini yang kemudian membuat oksigen menjadi sulit untuk menjangkau area tersebut.
Dalam kondisi ini, bakteri anaerob akan berkembang pesat yang kemudian mengurai bahan organik yang telah menumpuk tadi. Sayangnya, proses ini akan menghasilkan senyawa beracun seperti amonia (NH₃), hidrogen sulfida (H₂S), dan metana (CH₄) yang dapat merusak kualitas air tambak dan meracuni udang.
Dampak Langsung Terhadap Kualitas Air
Dampak yang langsung terjadi akibat dekomposisi anaerob ialah tambak akan mengalami peningkatan produksi gas beracun. Kemunculan gas-gas ini tentu dapat dirasakan secara langsung, misal hidrogen sulfida, yang memiliki bau busuk seperti telur busuk dan sangat beracun bagi udang bahkan dalam konsentrasi rendah.
Amonia juga menjadi ancaman besar karena dapat menyebabkan stres pada udang, menghambat pertumbuhan, bahkan mengakibatkan kematian.
Selain gas beracun, proses dekomposisi anaerob juga menyebabkan air tambak menjadi keruh, pH tidak stabil, dan oksigen terlarut turun drastis. Kondisi air yang tidak stabil ini membuat udang lebih rentan terhadap penyakit dan menurunkan produktivitas tambak.
Dampak Tidak Langsung Terhadap Udang
Dekomposisi anaerob tidak hanya merusak kualitas air, tetapi juga memengaruhi kesehatan udang secara keseluruhan. Tingkat stres udang meningkat pesat yang berujung pada penurunan nafsu makan, hingga terganggunya proses molting.
Saat kondisi anaerob terjadi, udang kerap terlihat berenang di permukaan air untuk mendapatkan oksigen. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kerugian besar bagi petambak karena tingkat kelangsungan hidup udang pasti menurun drastis.
Pencegahan dan Solusi
Agar dekomposisi anaerob tidak terjadi, pengelolaan dasar tambak perlu dilakukan secara teratur. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Siphon lumpur secara berkala untuk mengurangi penumpukan bahan organik.
Menggunakan sistem aerasi untuk menjaga pasokan oksigen di dasar tambak.
Mengaplikasikan bakteri probiotik untuk membantu dekomposisi secara aerob.
Mengatur kepadatan udang dan pemberian pakan agar tidak terjadi kelebihan limbah.
Manajemen yang baik tidak hanya membantu menjaga kualitas air tetap optimal, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan serta mendukung kesehatan udang.
Kesimpulan
Tumpukan lumpur di tambak yang menyebabkan dekomposisi anaerob adalah masalah besar dalam budidaya udang karena bisa membuat kualitas air menurun dengan cepat. Dampaknya meliputi peningkatan gas beracun, penurunan oksigen terlarut, dan tingginya risiko stres serta kematian udang.
Pengelolaan lumpur, aerasi optimal, serta penggunaan probiotik adalah langkah efektif untuk mengurangi risiko dekomposisi anaerob dan menjaga tambak udang tetap sehat dan produktif.
Baca Juga
Komentar