Survival Rate sebagai Indikator Keberhasilan Budidaya Udang
- Redaktur: Audri Rianto
- 10 Agu
- 2 menit membaca
Keberhasilan dalam usaha budidaya udang tidak bisa hanya diukur dari besar atau kecilnya hasil panen, tetapi juga dilihat dari efisiensi dan kualitas proses pemeliharaannya. Proses pemeliharaan yang benar akan berpengaruh terhadap survival rate udang.

Sumber: emrojapan.com
Tambak dengan survival rate yang rendah, menandakan bahwa udang yang dibudidayakan tidak memiliki daya tahan yang baik. Sebaliknya, saat tambak memiliki persentase survival rate yang tinggi, maka udang yang dibudidaya memiliki ketahanan yang baik (tidak mudah mati).
Apa Itu Survival Rate?
Dari penjelasan singkat di atas, bisa dikatakan bahwa survival rate ialah tingkat kelangsungan hidup udang yang dinyatakan dalam bentuk persen, selama satu siklus budidaya. Survival rate menjadi tanda apakah benur yang digunakan pada awal budidaya memang berkualitas atau tidak. Survival rate sangat berpengaruh terhadap produktivitas tambak, semakin kecil nilainya, tentu tambak akan semakin tidak produktif dan berpotensi merugi.
Mengapa Survival Rate Penting?
Survival rate dianggap penting karena bisa dijadikan sebagai gambaran terhadap efektivitas manajemen tambak. Ketika nilai SR tinggi, maka bisa kita artikan bahwa selama proses budidaya lingkungan tambak terjaga dengan baik, kualitas air stabil, pakan yang diberikan tepat waktu dan tepat sasaran, serta infeksi penyakit dapat ditangani dengan baik.
Begitu juga sebaliknya, ketika nilai SR rendah, maka bisa disimpulkan bahwa tambak tidak terawat dengan baik selama proses budidaya yang kemudian menciptakan wabah penyakit dan membuat udang mati massal.
Cara Menghitung Survival Rate
Menghitung nilai survival rate udang termasuk perkara yang mudah. Petambak hanya perlu mengetahui jumlah benur yang ditebar pada fase awal budidaya dan jumlah udang yang dipanen di akhir budidaya. Selanjutnya, bagikan jumlah udang yang dipanen dengan jumlah benur yang ditebar, kemudian dikali 100%, maka hasilnya adalah persentase survival rate.

Untuk contoh, ada seorang petambak mulai membudidayakan udang dengan jumlah tebar 100 PL (Post Larva)/m2 pada 2 kolam, dengan luas 100 m2 per kolam. Saat panen, kedua kolam tersebut menghasilkan udang sebanyak 15.000 ekor.
Nah, untuk menghitung jumlah benur yang ditebar di awal ialah dengan cara seperti ini.
Jumlah tebar awal = 100 PL/m² x 2 x 100 m² = 20.000 ekor
Survival Rate = 15.000 / 20.000 x 100% = 75%
Maka, bisa disimpulkan bahwa nilai survival rate-nya adalah 75%
Berapa Nilai Survival Rate Udang yang Ideal?
Nilai survival rate pada tambak yang ideal harusnya berkisar antara 80-90%, untuk tambak dengan padat tebar 100-125 PL/m2. Namun, menurut riset yang sudah dibuat jala.tech pada rata-rata petambak di Indonesia di tahun 2023, tercatat bahwa rata-rata nilai survival rate yang didapat hanya 50% atau lebih untuk tambak dengan padat tebar ≤80 PL/m² dan 80-200 PL/m². Sedangkan tambak yang memiliki padat tebar lebih tinggi, yakni >200 PL/m², nilainya juga tak jauh beda, rata-rata hanya 56% saja.
Baca Juga
Commentaires