Strategi Meningkatkan Daya Saing Udang Indonesia di Pasar Internasional
- Redaktur: Audri Rianto
- 18 Mei
- 2 menit membaca
Industri udang sampai saat ini masih menjadi salah satu tulang punggung ekspor perikanan Indonesia, maka tak heran jika industri ini semakin berkembang setiap tahunnya. Hampir di seluruh daerah pesisir Indonesia saat ini sudah dimanfaatkan untuk membudidayakan udang.

Sumber: biloxifreezing.com
Bahkan, pemerintah melalui KKP baru-baru ini mengumumkan proyek tambak modern di Waingapu, Sumba Timur demi menggenjot produktivitas. Namun, potensi ini belum sepenuhnya dimaksimalkan, Indonesia masih kalah saing dengan negara-negara seperti India, Ekuador, dan Vietnam. Diperlukan langkah konkret dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional.
1. Peningkatan Kualitas dan Keamanan Produk
Pasar internasional memiliki standar yang ketat terkait keamanan pangan dari produk yang akan diekspor, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Banyak pengiriman udang Indonesia ditolak karena dianggap tidak aman untuk dikonsumsi, seperti ada kandungan antibiotik berbahaya atau pencemaran bakteri.
Hal ini dapat terjadi karena masih banyak pelaku usaha tidak menerapkan cara budidaya yang ramah lingkungan. Dibutuhkan pelatihan dan pendampingan kepada petambak mengenai Good Aquaculture Practices (GAP), serta penguatan sistem pengawasan mutu oleh pemerintah. Selanjutnya, lakukan sertifikasi seperti HACCP, BAP, atau ASC pada produk agar lebih mudah diterima di pasar internasional.
2. Modernisasi Teknologi Budidaya
Modernisasi termasuk salah satu kunci dalam meningkatkan efisiensi budidaya. Saat ini petambak di Indonesia kebanyakan masih menggunakan metode tradisional dengan produktivitas rendah. Untuk bersaing, produktivitas harus ditingkatkan, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Penggunaan teknologi seperti Recirculating Aquaculture System (RAS) merupakan strategi cerdas untuk meningkatkan efisiensi dan mendukung keberlanjutan dalam kegiatan budidaya. Pemerintah dapat berperan dalam menyediakan insentif dan pelatihan, sementara sektor swasta bisa mendukung dari sisi pembiayaan dan inovasi.
3. Diversifikasi Produk dan Nilai Tambah
Saat ini Indonesia hanya mengandalkan ekspor udang beku mentah saja, padahal ada banyak jenis olahan udang lainnya yang bisa diekspor. Pelaku usaha harus mulai melakukan pengembangan produk olahan seperti udang kupas, udang bumbu siap saji, hingga makanan ringan berbasis udang.
Produk olahan memiliki nilai jual lebih tinggi dan lebih tahan terhadap fluktuasi harga pasar mentah. Strategi branding juga perlu digarap serius agar produk udang Indonesia dikenali dan lebih dihargai di pasar global.
4. Penguatan Rantai Pasok dan Logistik
Salah satu tantangan terbesar dalam industri ini adalah rantai pasok dari tambak ke pelabuhan yang kurang efisien. Akibatnya, banyak hasil panen mengalami kerusakan kualitas karena keterlambatan atau penanganan yang buruk. Untuk itu, infrastruktur rantai dingin (cold chain) harus diperbaiki, pusat logistik terpadu, serta digitalisasi sistem distribusi harus turut diwujudkan agar produk sampai ke pasar dengan kualitas terbaik.
Kesimpulan
Untuk menjadikan Indonesia sebagai eksportir udang terkemuka dunia, tidak cukup hanya dengan mengandalkan produktivitas yang tinggi. Diperlukan transformasi menyeluruh dari hulu ke hilir, sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan petambak, serta keberanian berinovasi. Dengan strategi yang tepat, udang Indonesia tak hanya bisa bersaing, tapi bisa jadi yang terdepan.
Baca Juga
Comments