RAS: Mengurangi Dampak Lingkungan dalam Industri Budidaya Udang
- Redaktur: Audri Rianto
- 1 hari yang lalu
- 2 menit membaca
Budidaya udang di Indonesia memiliki potensi produksi tahunan hingga ratusan ribu ton, hal ini menunjukkan bahwa industri ini sangat diminati oleh masyarakat. Dari tahun ke tahun, perkembangan industri budidaya udang di Indonesia dinilai sangat pesat, hingga Indonesia masuk ke dalam salah satu negara penghasil udang terbesar dunia.

Sumber: hatcheryinternational.com
Namun, di balik pertumbuhannya yang pesat, ada kekhawatiran yang cukup besar mengenai adanya indikasi degradasi lingkungan. Budidaya udang dikenal sebagai industri penghasil limbah yang cukup intensif dan berpotensi merusak lingkungan.
Belakangan ini, ada sebuah inovasi yang dikatakan dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh budidaya udang, yaitu Recirculating Aquaculture System (RAS).
RAS merupakan sistem budidaya tertutup yang memanfaatkan proses filtrasi dan sirkulasi air secara berulang. Berbeda dengan tambak tradisional yang membutuhkan air laut dalam jumlah besar dan seringkali membuang limbah langsung ke lingkungan, RAS hanya membutuhkan sedikit air segar setelah sistem beroperasi penuh. Ketika air yang digunakan tadi mulai kotor, maka air akan disaring, dibersihkan, lalu dikembalikan ke dalam kolam.
Manfaat lingkungan RAS
Pertama, dengan penyaringan berulang, maka sistem ini secara signifikan mengurangi kebutuhan akan air baru. Hal ini cukup baik terutama pada industri skala besar, karena dapat menghemat air serta mencegah kontaminasi lingkungan akibat pembuangan air limbah.
Kedua, RAS mengedepankan pengendalian kualitas air yang ketat, sehingga limbah organik dan amonia dari kotoran udang bisa diurai melalui penyaringan secara efisien, sehingga tidak mencemari tanah atau perairan sekitar.
Ketiga, karena sistem ini tertutup, maka risiko penyakit dari lingkungan luar akan jauh lebih rendah. Potensi infeksi yang dapat dicegah akan membuat petambak tidak perlu menggunakan antibiotik atau bahan kimia secara berlebihan. Udang yang dihasilkan akan lebih sehat dan bebas residu bahan kimia berbahaya, ditambah harga jualnya akan lebih tinggi karena dibudidayakan menggunakan sistem yang ramah lingkungan.
Keempat, sistem RAS tidak membutuhkan lahan yang luas, menjadikannya lebih efisien dalam penggunaan lahan. RAS dapat diterapkan di area terbatas, bahkan di luar kawasan pesisir, sehingga memungkinkan budidaya udang di daerah yang sebelumnya dianggap tidak cocok.
Beberapa negara penghasil produk perikanan dunia sudah mengadopsi sistem ini. Di Indonesia sendiri, masih sedikit petambak yang mengadopsi sistem ini, terutama petambak yang berorientasi pada ekspor dan ingin memenuhi standar lingkungan global.
Dengan tekanan global terhadap praktik perikanan yang ramah lingkungan, RAS berperan penting dalam mentransformasi industri budidaya udang. Bukan hanya sebagai solusi teknis, tetapi juga sebagai langkah nyata menuju keberlanjutan.
Mengurangi dampak lingkungan tidak lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan, dan RAS adalah salah satu jawaban yang paling menjanjikan.
Baca Juga
Comments