top of page

Mengenal Fenomena Red Tide pada Budidaya Udang Vaname

  • Redaktur: Audri Rianto
  • 3 hari yang lalu
  • 2 menit membaca

Kestabilan kualitas air memiliki peran utama dalam mensukseskan budidaya udang. Sayangnya, menjaga kestabilan kualitas air ini termasuk yang gampang-gampang susah. Penurunan kualitas air bisa terjadi kapan saja dan itu akan langsung mempengaruhi produktivitas tambak.


ree

 

Salah satu fenomena yang menandakan kualitas air sedang memburuk adalah Red Tide. Fenomena ini ditandai dengan berubahnya warna air tambak menjadi merah. Apa sebenarnya Red Tide dan apa penyebabnya? Simak penjelasannya di bawah ini.

 

Apa Itu Red Tide?

Red Tide merupakan istilah dari fenomena ledakan populasi alga merugikan pada suatu perairan seperti tambak udang. Nama ‘red tide’ sendiri merujuk dari perubahan warna air menjadi merah akibat pertumbuhan alga yang diluar kendali. Red Tide sendiri disebabkan oleh alga dari kelompok Dinoflagellata yang memiliki sifat oportunistik dan agresif dalam menyerap nutrisi.

 

Mengapa Bisa Terjadi di Tambak?

Red Tide sering terjadi di tambak udang intensif dengan padat tebar tinggi. Tambak seperti ini biasanya lebih sering mengalami lonjakan nutrien pada air yang kemudian menciptakan lingkungan optimal untuk Dinoflagellata tumbuh tak terkendali.

 

Beberapa komponen penyebab Dinoflagellata tumbuh seperti limbah organik tinggi yang berasal dari sisa pakan dan feses udang. Kedua sumber limbah ini sama-sama mengandung Nitrogen dan Fosfor yang sangat tinggi. Ini yang kemudian digunakan Dinoflagellata sebagai sumber makanan untuk pertumbuhannya. Suhu air yang hangat seperti pada tambak udang (28-32°C ) juga menjadi faktor pendukung Dinoflagellata tumbuh tak terkendali.

 

Dampak Spesifik pada Udang

Red Tide tidak hanya sekedar membuat warna air menjadi merah, tetapi juga memberikan dampak serius terhadap kesehatan udang.

 

Dampak utamanya adalah berkurangnya oksigen di tambak secara drastis. Sama seperti alga lainnya, Dinoflagellata juga menghasilkan oksigen di siang hari melalui fotosintesis. Namun, saat malam ia juga menyerap oksigen yang ada, bahkan jumlah yang diserap bisa lebih banyak dari yang dihasilkan. Akibat dari aktifitas tersebut, konsentrasi oksigen terlarut di tambak menjadi tak stabil cenderung rendah. Kondisi tersebut membuat udang sulit bernapas bahkan bisa mati tiba-tiba.

 

Alga seperti Dinoflagellata juga sering mati mendadak. Apabila kematian alga dalam jumlah banyak sekaligus, maka pembusukannya akan melambat. Proses pembusukan ini memicu gas-gas beracun untuk eksis, seperti amonia dan hidrogen sulfida. Kedua gas ini sangat mematikan untuk udang, karena langsung menyerang dan merusak organ pernapasannya.

 

Langkah Mitigasi untuk Petambak

Fenomena Red Tide ini tidak datang dalam semalam, melainkan datang bertahan sedikit demi sedikit. Untuk itu, ketika petambak melihat air tambaknya sudah mulai berwarna merah semu, maka segera lakukan tindakan.

 

Hentikan pemberian pakan untuk sementara waktu, tujuannya untuk menghentikan suplai nutrien ke dalam air.

 

Ganti air tambak sebagian atau 20-30% dari total volume dengan air bersih. Lakukan ini setiap hari sampai warna air kembali seperti semula. Pergantian air harus dilakukan saat suhu tidak tinggi, seperti di pagi dan sore hari.

 

Lakukan bioremediasi dengan cara memberi probiotik atau bakteri pengurai seperti Bacillus sp. gunanya untuk membantu penguraian limbah organik di dalam tambak sehingga sumber makan Dinoflagellata terputus.

 

Maksimalkan aerasi dengan menghidupkan semua kincir selama 24 jam untuk membantu memecah populasi plankton serta menjaga kadar oksigen agar tidak drop.



Baca Juga

bottom of page