top of page
Redaktur: Audri Rianto

Mengenal Eutrofikasi pada Tambak Udang

Dalam membudidayakan udang, pekerjaan yang cukup sulit untuk dilakukan adalah menjaga kualitas air tetap optimal. Kualitas air haruslah stabil, sehingga kadar nutrien yang ada juga tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Umumnya, tambak jarang sekali mengalami kekurangan nutrien, karena pada prakteknya petambak selalu memberikan asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan udang.

 



Sayangnya, pemberian nutrisi pada tambak ini seringnya tidak tepat sasaran, hingga menimbulkan kondisi eutrofikasi. Eutrofikasi adalah proses di mana konsentrasi nutrien seperti nitrogen dan fosfor meningkat dalam air tambak, yang mengakibatkan pertumbuhan fitoplankton dan alga secara berlebihan. Dalam konteks tambak udang, eutrofikasi dapat memiliki dampak signifikan terhadap kualitas air dan kesehatan ekosistem tambak.

 

Penyebab Eutrofikasi

  • Pupuk dan Pakan

Nutrien yang ada dalam tambak udang utamanya berasal dari pupuk dan pakan yang diberikan untuk merangsang produktivitas tambak. Pengaplikasian pupuk pada tambak biasanya dilakukan di awal pembudidayaan dan setelah beberapa hari benur ditebar.

 

Seperti pupuk organik, biasanya diaplikasikan saat proses persiapan tambak dengan tujuan meningkatkan kandungan nutrien pada tambak. Pupuk kimia seperti urea biasa diterapkan 7 hari sebelum benur ditebar dan dilakukan pemupukan susulan saat benur sudah berusia 1 bulan. Baik pupuk organik dan kimia, keduanya mengandung nitrogen dan fosfor yang larut dalam air, sehingga berpotensi menciptakan kondisi eutrofikasi.

 

Sama halnya dengan pemupukan, pemberian pakan yang melebihi kebutuhan udang hanya membuat pakan terbuang percuma yang kemudian mengendap di dasar tambak serta melepaskan nitrogen dan fosfor pada air.

 

  • Ekskresi Udang

Selain dari pakan yang diberikan secara berlebihan, ekskresi udang juga menyumbang kadar nitrogen dalam air. Feses udang mengandung amonia yang terbentuk dari nitrogen dari pakan. Maka dari itu, saat tambak memiliki padat tebar yang tinggi, ia akan menghasilkan ekskresi yang lebih banyak, sehingga meningkatkan risiko eutrofikasi pada tambak.

 

  • Runoff dari Lahan Pertanian

Salah satu kekurangan tambak yang posisinya berdekatan dengan lahan pertanian ialah saat hujan turun, air hujan yang jatuh pada lahan pertanian yang telah dipupuk akan mengalir dan membawa nutrien seperti nitrogen dan fosfor ke sumber air tambak. Untuk itu, sebelum petambak melakukan pergantian air, biasakan untuk memastikan bahwa sumber air benar-benar steril.

 

Dampak Eutrofikasi

  • Pertumbuhan Fitoplankton Berlebihan

Kenaikan konsentrasi nutrien memicu pertumbuhan fitoplankton dan alga secara berlebihan, yang berpotensi menyebabkan terjadinya blooming alga di perairan tambak. Saat konsentrasi alga pada tambak sudah tidak terkendali, maka permintaan oksigen terlarut juga akan semakin tinggi yang mengakibatkan konsentrasi oksigen terlarut menurun secara kronis.

 

  • Pembentukan Zat Beracun

Beberapa spesies fitoplankton dapat menghasilkan zat beracun yang berbahaya bagi udang dan organisme lain dalam tambak. Zat beracun bisa menyebabkan kematian massal udang serta mengganggu keseimbangan ekosistem tambak.

 

  • Merubah Warna Air dan Menimbulkan Bau

Fitoplankton dan alga yang berlebihan dapat membuat warna air tambak menjadi pekat. Tidak hanya itu, bangkai dari alga yang over populasi juga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Kondisi ini tentu menyebabkan penurunan kualitas air di tambak dan menjadikannya tidak sehat.

 

Pengelolaan untuk Mengurangi Eutrofikasi

  • Pengelolaan Pakan dan Pupuk

Menggunakan pakan berkualitas tinggi yang stabil di air dan mudah dicerna adalah bagian dari manajemen pakan yang baik, sehingga lebih banyak pakan yang menjadi biomassa daripada terbuang dan mengendap di dasar tambak, yang pada akhirnya mengurangi jumlah nutrien yang dilepaskan ke dalam air. Selain itu, hindari  pemupukan yang berlebihan, sesuaikan dosis pupuk dengan luas tambak demi membantu menjaga konsentrasi nutrien dalam batas yang aman.

 

  • Aerasi Tambak

Menggunakan aerator (kincir air) dapat meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan membantu mengasimilasi limbah secara efektif. Usahakan kincir untuk bekerja terus-menerus demi menjaga kestabilan oksigen terlarut.

 

Dengan menerapkan praktik pengelolaan yang tepat, risiko eutrofikasi pada tambak udang dapat dikurangi, sehingga menjaga kualitas air dan kesehatan ekosistem tambak.



Baca Juga

211 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page