Hasil Panen Nila Meningkat Pesat, Pembudidaya di Sukabumi Malah Kebingungan
- Redaktur: Audri Rianto
- 28 Okt
- 2 menit membaca
Diperbarui: 31 Okt
Microbubble bukanlah teknologi baru dalam dunia budidaya perikanan. Dengan teknologi ini, bisa dipastikan bahwa kadar oksigen di air akan meningkat pesat, kualitas air membaik dan komoditas budidaya menjadi lebih sehat dan produktif.

Sumber: goodnewsfromindonesia.id
Hal ini pula yang dirasakan oleh para pembudidaya ikan nila di Kampung Cipancur, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.
Teknologi Microbubble
Sebelum mendapat bantuan teknologi microbubble dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), usaha budidaya nila yang mereka tekuni tidak memberikan hasil yang maksimal. Tanpa teknologi, kadar oksigen dalam kolam sangat rendah, bisa di bawah 1 ppm. Oksigen yang rendah membuat ikan tidak produktif, hasil panen juga tidak maksimal.
Ketika Komdigi datang memberikan bantuan berupa microbubble aerator yang dipadukan dengan Internet of Things (IoT), kadar oksigen dalam kolam langsung naik sampai 3 ppm hanya dalam satu malam. Ketersediaan oksigen yang lebih baik dalam kolam membuat hasil panen meningkat pesat, dalam tiga bulan bisa mencapai 40 ton per hektare.
Masalah
Peningkatan hasil panen ini memang terdengar membahagiakan, namun para pembudidaya justru merasa kebingungan dan risau. Pasalnya, pasar yang ada di Sukabumi tidak bisa menampung hasil panen secara keseluruhan.
Pembudidaya terkendala pada pemasaran, padahal hasil panen sudah bagus, meningkat pesat dari sebelumnya. Tapi, karena hasil panen jauh melampaui ekspektasi, pembudidaya tidak ada persiapan dalam memasarkan produknya.
Melirik Dapur MBG
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Telaga Ikan Abdul Agus Salim, mengaku punya harapan besar untuk bisa berpartisipasi dalam program MBG (Makan Bergizi Gratis). Ia ingin semua dapur MBG yang ada di Sukabumi bisa menjadikan ikan nila sebagai menu utama pada masakan mereka, setidaknya sebulan sekali, sehingga hasil panen yang melimpah ini bisa terserap dengan baik.
Agus menambahkan, kelompoknya saat ini sudah mencoba untuk menyuplai hasil panen ke program MBG, namun masih satu dapur yang menerimanya, itupun harus di-fillet terlebih dahulu. Satu dapur tentu tidak cukup, karena dapur tersebut cuma bisa menampung 400 kg ikan nila dalam satu minggu, ini cuma setara dengan 3 persen dari total produksi.
Di Kabupaten Sukabumi sendiri terdapat setidaknya 250 dapur yang tergabung dalam program MBG, jika semuanya bisa menyerap 400 kg per minggunya, maka 100 dapur saja sudah cukup untuk menampung 40 ton. Untuk itu, Agus sangat mengharapkan bantuan pemerintah untuk menuntaskan masalah ini.
Tanggapan Pemerintah
Untuk saat ini belum ada tanggapan resmi dari pemerintah, khususnya KKP dan Komdigi. Semoga keluhan dan harapan dari para pembudidaya ini bisa didengar dan direalisasikan dengan baik. Upaya yang dilakukan Komdigi dalam memberi bantuan teknologi untuk meningkatkan hasil panen memang bagus, sayangnya belum dibarengi dengan bantuan pemasaran yang lebih baik.
Baca Juga




Komentar