top of page

Dampak Perubahan Iklim terhadap Budidaya Kerang Darah

  • Redaktur: Audri Rianto
  • 7 Jul
  • 2 menit membaca

Kerang darah termasuk komoditi perikanan yang paling mudah dibudidayakan. Kerang darah sendiri tidak memerlukan perlakuan khusus untuk tumbuh, selama lingkungannya stabil dan terjaga kebersihannya.


ree

 

Namun, ada satu hal yang membuat keberlangsungan hidup kerang darah terancam, yaitu perubahan iklim yang tak terkendali. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai dampak perubahan iklim terhadap budidaya kerang darah, serta upaya mitigasi yang bisa dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha ini.

 

Mengapa Perubahan Iklim Menjadi Ancaman bagi Budidaya Kerang Darah?

Sama seperti ikan dan udang, kerang darah juga termasuk hewan laut yang sangat bergantung pada kestabilan kondisi lingkungan. Mereka tumbuh optimal dalam rentang suhu, salinitas, dan kualitas air tertentu.

 

Perubahan iklim yang tidak bisa diprediksi dapat mengakibatkan kondisi lingkungan bergejolak tak terkendali, seperti kenaikan suhu, peningkatan curah hujan, perubahan pola angin, hingga naiknya permukaan air laut, berpotensi mengganggu siklus hidup kerang darah secara signifikan.

 

Dampak Perubahan Iklim terhadap Kerang Darah

1. Fluktuasi Suhu Air Laut

Kerang darah memerlukan suhu yang stabil, sayangnya saat musim kemarau tiba, suhu air bisa menjadi lebih panas dari biasanya. Panas yang terlalu tinggi bisa menyebabkan stres fisiologis pada kerang darah. Suhu air yang terlalu tinggi tentu akan membuat pertumbuhannya menurun, kerang jadi lambat besar, proses produksi terganggu bahkan meningkatkan persentase kematian.

 

2. Perubahan Salinitas Akibat Curah Hujan Tinggi

Perubahan iklim seperti datangnya musim hujan akan penurunan salinitas yang ekstrem. Kerang darah membutuhkan salinitas stabil antara 15-30 ppt untuk hidup produktif. Ketika salinitas turun drastis, maka kerang darah akan lebih mudah terserang penyakit hingga akhirnya banyak yang mati.

 

3. Naiknya Permukaan Laut dan Intrusi Air Asin

Ketika pasang, permukaan laut dapat naik ke wilayah pesisir dan membahayakan lokasi budidaya udang. Intrusi atau resapan air laut pada wilayah pesisir akan menyebabkan perubahan karakter pada substrat dasar, sehingga akan mengganggu kehidupan kerang darah.

 

4. Kekurangan Oksigen (Hipoksia)

Kenaikan suhu dan pencemaran limbah yang terakumulasi dapat menyebabkan hipoksia, yaitu kondisi kekurangan oksigen terlarut dalam air. Hipoksia mengancam kelangsungan hidup kerang darah karena menghambat proses respirasi mereka.

 

5. Meningkatnya Risiko Penyakit dan Parasit

Perubahan iklim juga dapat memicu ledakan populasi mikroorganisme patogen, seperti bakteri dan parasit laut, yang berkembang dalam suhu hangat dan lingkungan tidak stabil. Kondisi ini berpotensi memperbesar risiko serangan penyakit seperti Vibrio pada kerang darah.

 

Langkah Mitigasi yang Bisa Dilakukan

Walau perubahan iklim tidak dapat dihentikan secara langsung, para pembudidaya tetap bisa mengambil langkah-langkah adaptif seperti di bawah ini:

  • Pemantauan rutin kualitas air (suhu, salinitas, oksigen).

  • Penyesuaian waktu tebar benih dan panen sesuai musim.

  • Diversifikasi lokasi atau membudidayakan tidak pada satu tempat.

  • Pemilihan benih kerang yang lebih tahan terhadap stres lingkungan.

 

Kesimpulan

Perubahan iklim adalah tantangan serius dalam budidaya kerang darah. Fluktuasi suhu, salinitas, dan kualitas air menjadi faktor utama yang perlu diantisipasi. Namun, dengan strategi mitigasi yang tepat, dampaknya bisa diminimalkan sehingga usaha budidaya tetap berkelanjutan dan menguntungkan. Petambak kerang darah perlu bersikap adaptif dan tanggap terhadap dinamika lingkungan.

 


Baca Juga


Komentar


bottom of page