top of page

Dampak Musim Panen dan Cuaca Ekstrem terhadap Harga Udang

  • Redaktur: Audri Rianto
  • 18 Apr
  • 2 menit membaca

Harga udang sering kali befluktuasi, kadang tinggi kadang rendah. Harga udang di pasar domestik dan internasional sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu musim panen dan cuaca ekstrem. Keduanya menentukan ketersediaan pasokan, kualitas produk, dan biaya produksi. Ketika salah satu atau keduanya tidak stabil, maka harga udang bisa melonjak drastis atau justru anjlok.



Sumber: webicdn.com

 

Musim Panen: Naiknya Pasokan, Turunnya Harga

Musim panen udang biasanya terjadi dua hingga tiga kali dalam setahun, tergantung wilayah dan sistem budidaya. Pada kondisi ini, pasokan udang akan meningkat tajam, karena banyak petambak memanen dalam jumlah besar. Lonjakan pasokan ini seringkali menyebabkan harga turun, terutama jika permintaan pasar tidak bisa mengimbangi.

 

Contohnya, pada musim panen di beberapa daerah penghasil udang seperti Lampung dan Jawa Timur, harga udang bisa turun 10-20% dari harga normal. Petambak sering tidak punya pilihan selain menjual hasil panen secara massal untuk menghindari kerugian akibat udang yang membusuk atau melebihi kapasitas penyimpanan.

 

Namun, penurunan harga ini bisa merugikan petambak kecil yang bergantung pada hasil panen sebagai sumber utama penghasilan. Tanpa sistem distribusi dan penyimpanan yang efisien, mereka tak punya daya tawar untuk mempertahankan harga jual.

 

Cuaca Ekstrem: Menurunnya Produksi, Naiknya Harga

Cuaca ekstrem, seperti hujan lebat berkepanjangan atau suhu yang terlalu dingin dan panas, serta badai yang sering muncul, bisa mengganggu siklus budidaya udang. Udang adalah hewan yang sensitif terhadap perubahan lingkungan ekstrem. Jika kondisi air berubah drastis, seperti salinitas menurun akibat hujan terus-menerus, tentu udang jadi rentan terkena penyakit atau bahkan mati massal.

 

Saat produksi turun akibat cuaca ekstrem, pasokan udang akan menipis. Ini biasanya menyebabkan harga naik tajam, terutama di luar musim panen. Importir dan pasar ekspor seperti Jepang, AS, dan Eropa juga terdampak. Harga udang ekspor dari Indonesia bisa melonjak, memicu kelangkaan di pasar dan memengaruhi rantai distribusi global.

 

Di sisi lain, cuaca ekstrem juga meningkatkan biaya produksi. Petambak harus mengeluarkan dana tambahan untuk sistem aerasi, pengendalian kualitas air dan pengobatan apabila udang stres atau terinfeksi penyakit. Semua ini membuat harga pokok produksi lebih tinggi dan mendorong kenaikan harga jual.

 

Ketidakseimbangan Pasar dan Tantangan Ke Depan

Ketika musim panen dan cuaca ekstrem terjadi bersamaan, dampaknya bisa lebih kompleks. Misalnya, panen besar bisa gagal total jika cuaca buruk terjadi tepat sebelum waktu panen. Ini menyebabkan pasokan hancur dan harga naik ekstrem akibat kelangkaan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi mitigasi yang tepat. Pemerintah dan pelaku usaha perlu mendorong penggunaan teknologi prediksi cuaca, sistem budidaya tertutup, dan diversifikasi pasar.

 

Kesimpulan

Harga udang berfluktuasi karena secara langsung dipengaruhi oleh musim panen dan kondisi cuaca. Ketika pasokan melimpah, harga akan turun. Saat produksi terganggu karena cuaca ekstrem, harga akan naik. Tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara produksi, kualitas, dan stabilitas harga agar petambak dan pasar sama-sama tidak dirugikan.



Baca Juga

Comentarios


bottom of page