Artemia Tidak Menetas dalam 24 Jam, Ini Penyebabnya
- Redaktur: Audri Rianto
- 3 jam yang lalu
- 2 menit membaca
Pembudidaya udang, terutama pada tahap pembenihan pasti memilih artemia sebagai sumber pakan. Alasannya tentu karena kandungan nutrisinya yang tinggi serta dapat disimpan dalam waktu yang lama. Kita tahu bahwa untuk menjadikan artemia sebagai pakan, ia harus ditetaskan terlebih dahulu.

Sumber: gdm.id
Penetasan artemia umumnya hanya memakan waktu 24 jam, namun banyak juga pembudidaya menghadapi kendala pada proses ini. Kendalanya ialah telur artemia tidak kunjung menetas, bahwa sudah lewat 24 jam. Apa yang terjadi? Berikut ini beberapa kemungkinannya.
Artemia sudah Kadaluwarsa
Kemungkinan pertama kenapa artemia tidak menetas dalam waktu 24 jam ialah kualitas telurnya yang buruk, bisa jadi karena artemia yang dipakai adalah artemia stok lama sehingga daya tetasnya menurun.
Sebenarnya, artemia dapat disimpan dalam waktu yang lama, hanya saja cara penyimpanannya harus benar-benar diperhatikan. Jangan simpan artemia di ruangan terbuka, apalagi terkena paparan matahari langsung dengan suhu udara yang tidak stabil.
Simpanlah artemia pada suhu dingin (4–10°C) dengan pencahayaan yang minim, seperti di dalam kulkas. Suhu penyimpanan yang terjaga akan membuat daya tetas artemia bertahan di angka 80-90%.
Suhu Media Tetas tidak Sesuai
Saat menetaskan artemia di media tetas, pastikan suhunya stabil di angka 28–30°C, karena suhu air yang kurang dari itu akan membuat embrio artemia lambat berkembang sehingga sulit menetas. Begitupun ketika suhu lebih dari 30°C, maka media akan menjadi terlalu panas bagi embrio artemia dan bisa membuatnya mati.
Salinitas Tidak Tepat
Artemia dapat menetas pada air bersalinitas 30-40 ppt, biasanya pembudidaya menggunakan garam ikan untuk memenuhi standar salinitas tersebut. Terkadang, salinitas ini tidak dipantau dengan baik jadi pemberian garam bisa kurang bisa lebih, inilah yang membuat artemia sulit menetas.
Aerasi Tidak Memadai
Untuk menetaskan artemia secara maksimal dibutuhkan aerasi yang kuat dan stabil. Jangan sampai aerator mati tiba-tiba pada saat proses penetasan dilakukan, karena dapat menurunkan daya tetas. Sebenarnya artemia bisa menetas tanpa aerasi, namun persentasenya kecil dan akan banyak telur yang tidak menetas nantinya.
Tidak Melakukan Dekapsulasi
Dekapsulasi penting dilakukan sebelum menetaskan artemia, tujuannya untuk membuang cangkang luar artemia sehingga embrio bisa menetas lebih mudah. Proses ini memang membutuhkan waktu dan biaya lebih, sehingga banyak pembudidaya tidak melakukannya. Tapi, dengan melakukan dekapsulasi, artemia bisa menetas dengan maksimal.
Untuk melakukan dekapsulasi, pembudidaya hanya butuh larutan hipoklorit yang bisa didapat dengan mencampurkan kaporit dan soda api dengan dosis yang tepat. Kemudian siramkan perlahan pada telur artemia sampai benar-benar berubah warna menjadi oranye.
Ketika warna artemia sudah terlihat oranye terang, maka artemia bisa langsung ditetaskan di media tetas. Dijamin, artemia akan menetas lebih dari 90%.
Baca Juga