Budidaya perikanan menjadi salah satu sektor penting dalam industri perikanan di Indonesia. Tidak hanya dibudidayakan secara monokultur saja, ternyata udang juga bisa dibudidayakan dengan metode polikultur.

Sumber: kompasiana.com
Maksud dari budidaya metode polikultur ialah membudidayakan lebih dari satu jenis spesies atau hewan air dalam satu tambak. Salah satu kombinasi yang sering digunakan pada metode polikultur adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan ikan bandeng (Chanos chanos).
Mengapa kedua spesies ini cocok untuk dibudidayakan bersama? Berikut beberapa alasannya:
1. Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya Secara Efisien
Bandeng dan udang memiliki habitat yang berbeda dalam tambak. Bandeng lebih sering berenang di kolom air bagian atas dan tengah, sementara udang cenderung lebih sering berinteraksi di dasar tambak. Dengan demikian, keduanya tidak bersaing secara langsung dalam memanfaatkan ruang dan sumber daya yang ada, sehingga kepadatan populasi dapat lebih optimal dibandingkan dengan monokultur.
2. Siklus Makan yang Saling Melengkapi
Bandeng merupakan ikan herbivora-omnivora yang memakan plankton, alga, dan sisa-sisa bahan organik yang ada di air. Sementara itu, udang lebih bersifat omnivora dengan kecenderungan detritivora, yang berarti ia memakan sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh bandeng serta bahan organik yang mengendap di dasar tambak. Dengan adanya sistem ini, limbah dalam tambak lebih terkendali, sehingga dapat mengurangi risiko pencemaran air dan menjaga kualitas ekosistem tambak.
3. Peningkatan Produktivitas dan Keuntungan
Polikultur bandeng dan udang memungkinkan petambak mendapatkan hasil panen yang lebih beragam tanpa harus meningkatkan luas tambak. Dengan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien, petani dapat meningkatkan produktivitas tanpa meningkatkan biaya produksi secara signifikan. Ini membuat budidaya menjadi lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur yang hanya membudidayakan satu spesies saja.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Alami
Dalam sistem monokultur, sering kali terjadi ledakan populasi hama dan penyakit karena hanya ada satu jenis organisme dalam tambak. Dengan polikultur, keseimbangan ekosistem lebih terjaga. Sisa makanan dan kotoran yang dapat memicu pertumbuhan bakteri patogen akan lebih terkendali berkat peran masing-masing spesies dalam ekosistem. Selain itu, bandeng yang memakan plankton juga dapat membantu mengendalikan populasi mikroorganisme tertentu yang bisa merugikan udang.
5. Meningkatkan Kualitas Air Tambak
Salah satu tantangan dalam budidaya udang adalah kualitas air yang dapat cepat menurun akibat sisa pakan dan kotoran. Bandeng yang memakan alga dan plankton membantu mengurangi kekeruhan air dan menjaga keseimbangan ekosistem tambak. Dengan demikian, kualitas air lebih stabil dan risiko penyakit dapat diminimalkan.
Kesimpulan
Polikultur bandeng dan udang merupakan strategi budidaya yang menguntungkan dan berkelanjutan. Dengan pemanfaatan ruang yang efisien, siklus makan yang saling melengkapi, serta peningkatan produktivitas dan kualitas air, kombinasi ini menjadi pilihan yang cerdas bagi petambak. Selain mengoptimalkan hasil panen, metode ini juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem, menjadikannya solusi yang ramah lingkungan dan ekonomis bagi industri perikanan.
Baca Juga
Comments