top of page

Mengurangi Risiko Kematian Massal dengan IoT

Redaktur: Audri Rianto

Budidaya udang merupakan usaha perikanan dengan potensi keuntungan yang besar. Namun, hal itu tentu sebanding dengan permasalahan yang dihadapi selama menjalankannya. Salah satu masalah yang kerap kali menghantui petambak ialah adanya risiko kematian massal pada udang.



Kematian massal tentu akan membuat petambak kehilangan produksi dalam skala besar, sehingga apabila hal tersebut terjadi, maka akan mustahil untuk mendapatkan keuntungan. Untuk menghindari terjadinya kematian massal, petambak harus melalukan manajemen risiko secara presisi. Untuk itu, dengan menerapkan teknologi Internet of Things (IoT) merupakan salah satu solusi yang tepat dan efisien.

 

Cara Kerja Internet of Things (IoT)

IoT dalam budidaya udang bekerja dengan menghubungkan berbagai perangkat pintar seperti sensor, aktuator, dan sistem pemantauan berbasis cloud untuk mengoptimalkan operasional tambak. Teknologi ini memungkinkan petambak mengontrol dan memonitor kondisi lingkungan tambak secara real-time.

 

Peran IoT dalam Tambak Udang

IoT mengacu pada jaringan perangkat yang terhubung ke internet untuk mengumpulkan, mengirim, dan menganalisis data secara otomatis. Dalam tambak udang, perangkat IoT seperti sensor dan sistem otomatisasi membantu dalam:


  1. Pemantauan Kualitas Air Secara Real-Time

    Secara garis beras, keberhasilan budidaya udang ditentukan oleh kualitas air pada tambak. IoT memungkinkan penggunaan sensor untuk memantau parameter penting seperti:

    • Suhu air: Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan stres pada udang.

    • pH air: Ketidakseimbangan pH dapat menyebabkan kematian udang secara massal.

    • Kadar oksigen terlarut (DO - Dissolved Oxygen): Oksigen yang terlalu rendah menyebabkan udang mati lemas.

    • Salinitas dan amonia: Kadar amonia yang tinggi sangat beracun bagi udang.


Data dari sensor dikirim ke platform berbasis cloud yang dapat diakses melalui smartphone atau komputer, sehingga petambak akan lebih mudah mendeteksi apabila terjadi perubahan lingkungan secara mendadak, serta mengambil tindakan untuk mengatasinya.

 

  1. Otomatisasi Aerator dan Pakan

    IoT memungkinkan pengendalian aerator secara otomatis berdasarkan kadar oksigen dalam air. Jika sensor mendeteksi penurunan oksigen, aerator akan menyala secara otomatis untuk menstabilkan kondisi air. Selain itu, pemberian pakan otomatis berbasis IoT dapat menyesuaikan jumlah pakan berdasarkan pertumbuhan udang, mengurangi limbah pakan yang dapat mencemari air.

 

  1. Peringatan Dini dan Prediksi Penyakit

    Sistem berbasis IoT dapat mengumpulkan dan menganalisis data dari tambak selama periode waktu tertentu. Dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), sistem dapat memprediksi pola yang berpotensi menyebabkan penyakit atau kondisi berbahaya bagi udang. Jika ditemukan indikasi awal penyakit, petambak akan mendapatkan peringatan untuk segera mengambil langkah mitigasi, seperti pemberian probiotik atau perubahan manajemen air.

 

  1. Efisiensi Operasional dan Pengurangan Biaya

    Dengan IoT, petambak tidak perlu memeriksa kondisi tambak secara manual setiap saat. Pemantauan jarak jauh menghemat waktu dan tenaga, sementara otomatisasi aerator dan pakan mengurangi penggunaan listrik serta limbah pakan. Hal ini membantu meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan biaya produksi.

 

Kesimpulan

Penggunaan teknologi IoT dalam tambak udang membawa perubahan signifikan dalam mengurangi risiko kematian massal. Dengan pemantauan kualitas air secara real-time, otomatisasi sistem aerasi dan pemberian pakan, serta analisis prediktif penyakit, petambak dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usahanya. Implementasi IoT tidak hanya membantu menghindari kerugian akibat kematian udang secara massal tetapi juga mendukung budidaya udang yang lebih efisien dan ramah lingkungan.



Baca Juga

コメント


bottom of page