Kepadatan Tebar dan Pengaruhnya Terhadap Penyebaran Penyakit di Tambak
- Redaktur: Audri Rianto
- 21 Jun
- 2 menit membaca
Dalam budidaya udang, penting bagi petambak untuk mempertimbangkan kepadatan tebar, karena hal ini nantinya sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Banyak petambak beranggapan bahwa semakin banyak benur yang ditebar dalam petakan tambak, maka hasil panen akan melimpah. Faktanya, hal itu tidak sepenuhnya benar.

Sumber: soshrimp.com
Menebar udang dalam jumlah banyak pada area tambak yang terbatas memang berpotensi meningkatkan produksi, namun hal ini juga dapat memicu tingginya risiko penularan penyakit.
Artikel ini membahas hubungan antara kepadatan tebar dengan dinamika penyakit di tambak udang, serta pentingnya pengelolaan yang cermat untuk mencegah kerugian.
Apa yang Dimaksud dengan Kepadatan Tebar?
Kepadatan tebar merujuk pada jumlah benur udang yang ditebar per satuan luas petakan tambak. Dalam budidaya udang vaname, kepadatan tebar bervariasi tergantung pada sistem yang digunakan:
Tradisional: Padat tebar kurang dari 50 ekor/m²
Semi-intensif: Padat tebar lebih dari 50 ekor namun tidak lebih dari 100 ekor/m²
Intensif: Pada tebar berkisar 100–200 ekor/m²
Super-intensif: Padat tebar lebih dari 200 ekor/m²
Meskipun semakin tinggi kepadatan tebar berarti semakin tinggi potensi produksi, namun ada konsekuensinya, yaitu peningkatan stres dan risiko infeksi.
Hubungan Kepadatan dengan Penyakit
Dalam kondisi padat tebar yang tinggi, ruang gerak udang menjadi terbatas, artinya udang akan saling berdekatan sehingga kontak langsung antarindividu meningkat. Hal ini memudahkan penularan penyakit, baik yang disebabkan oleh virus (seperti WSSV), bakteri (seperti Vibrio spp.), maupun parasit.
Selain itu, tingginya kepadatan mempercepat penumpukan limbah, akibat dari pemberian pakan dengan jumlah yang tinggi yang kemudian meningkatkan risiko penumpukan sisa pakan serta produksi kotoran udang yang lebih tinggi.
Penumpukan limbah yang berlebihan dapat menyebabkan degradasi kualitas air, yang pada akhirnya menurunkan daya tahan tubuh udang dan meningkatkan risiko terjadinya wabah penyakit.
Beberapa penyakit yang umum dikaitkan dengan kepadatan tinggi antara lain:
White Spot Syndrome Virus (WSSV)
Early Mortality Syndrome (EMS/AHPND)
Soft Shell Disease
Vibriosis
Faktor-Faktor Pendukung Penyebaran Penyakit
Penurunan kualitas air: DO rendah, pH fluktuatif, peningkatan amonia dan nitrit
Pemberian pakan berlebih: Memicu pertumbuhan bakteri patogen
Stres pada udang: Menurunkan sistem kekebalan tubuh
Kurangnya sirkulasi air: Menyebabkan zona-zona anaerob
Strategi Mengelola Kepadatan untuk Mencegah Penyakit
Tentukan Kepadatan Sesuai Kapasitas Tambak
Jangan memaksakan jumlah tebar di luar kapasitas tambak serta batas kemampuan manajemen air dan aerasi.
Terapkan Sistem Monitoring Kualitas Air Secara Rutin
Pemantauan DO, pH, suhu, amonia, dan nitrit harus dilakukan harian, terutama di tambak intensif.
Gunakan Probiotik dan Biosecurity
Untuk menjaga keseimbangan mikroba dan mencegah patogen berkembang.
Manajemen Pakan yang Tepat
Hindari overfeeding, dan gunakan pakan berkualitas tinggi yang mudah dicerna.
Kesimpulan
Kepadatan tebar yang tinggi memang menjanjikan potensi produksi yang lebih besar, tetapi juga membawa risiko tinggi terhadap penyebaran penyakit di dalam tambak. Keseimbangan antara jumlah tebar, manajemen lingkungan, dan pengendalian penyakit menjadi kunci keberhasilan budidaya. Petambak harus memahami bahwa produktivitas optimal bukan sekadar soal jumlah, tetapi juga soal kesehatan dan ketahanan sistem budidaya.
Baca Juga
Comments