Dalam dunia budidaya udang, sedimen tambak merupakan permasalahan yang paling umum terjadi. Terbentuknya sedimen di dasar tambak ini sifatnya tidak bisa dicegah, karena faktor-faktor pembentuknya, seperti pemberian pakan, kematian plankton, dan erosi dinding tambak sudah pasti akan terjadi selama proses budidaya berlangsung.
Sumber: seafoodnetworkbd.com
Namun, petambak masih bisa mengontrolnya agar sedimen yang ada tidak menurunkan kualitas air. Sebab, apabila sedimen tidak terkontrol, lama-kelamaan endapannya akan semakin menebal. Sedimen yang sudah terlalu banyak jumlahnya akan memicu pembentukan senyawa-senyawa beracun yang berbahaya bagi udang. Terdapat 3 senyawa beracun yang akan muncul pada tambak saat sedimen sudah terlalu banyak mengendap.
1. Amonia
Sedimen tambak yang sebagian besar tersusun dari material organik akan mengalami dekomposisi, dan salah satu hasil dari proses dekomposisi tersebut adalah nitrogen. Pada tambak udang, gas nitrogen ini umumnya berbentuk amonia (NH3) dan amonia terionisasi (NH4+).
Dalam siklus nitrogen, kedua jenis amonia ini selanjutnya akan dikonversi lagi menjadi nitrit (NO2-) melalui proses nitrifikasi. Proses nitrifikasi akan berhasil apabila oksigen pada tambak dalam kondisi stabil atau dapat menyuplai kebutuhan bakteri untuk bekerja. Sayangnya, saat sedimen terlalu banyak di dasar tambak, ia dapat mempengaruhi produksi oksigen, sehingga proses nitrifikasi ini tidak bisa berjalan dengan baik, yang akhirnya membuat amonia pada tambak semakin meningkat.
2. Nitrit
Nitrit merupakan senyawa yang tercipta dari konversi amonia melalui proses nitrifikasi. Nitrit sebenarnya senyawa yang lebih tidak beracun dari amonia, namun saat kadarnya terlalu tinggi pada tambak, ia akan membahayakan udang.
Pada siklus nitrogen, nitrit harus melalui proses nitrifikasi lanjutan untuk dirubah menjadi nitrat, sehingga ia menjadi lebih ramah terhadap lingkungan tambak. Proses nitrifikasi ini dilakukan oleh bakteri anaerob, yang mana ia membutuhkan oksigen untuk bekerja. Namun, pada tambak dengan sedimen yang tinggi dan tak terkontrol, proses nitrifikasi ini seringnya mengalami gangguan, sehingga mengakibatkan kadarnya semakin tinggi.
3. Hidrogen Sulfida
Sedimen yang sudah terlalu banyak dan lama mengendap akan menciptakan kondisi anaerobik di dasar kolam. Kondisi ini memicu munculnya bakteri seperti Desulfovibrio yang dapat mereduksi sulfat. Bakteri ini akan menggunakan oksigen yang ada pada sulfat untuk melakukan metabolisme. Namun, saat melakukan metabolisme bakteri ini juga secara bersamaan menghasilkan hidrogen sulfida yang sangat beracun.
Hidrogen sulfida ini memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan udang, seperti menurunkan imunitas, mengganggu sistem pernapasa udang, menciptakan kerusakan jaringan dan yang paling parah ialah dapat membuat udang mati massal.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa endapan sedimen yang terlalu banyak dapat memicu terbentuknya 3 senyawa berbahaya yang dapat menciptakan lingkungan tak kondusif bagi udang. Dengan menerapkan manajemen pakan dan manajemen aerasi yang baik serta memantau kadar sedimen secara berkala, maka petambak dapat mencegah terbentuknya ketiga senyawa tersebut.
Baca Juga
コメント