Udang Darat Papua: Penemuan Menakjubkan dari Pegunungan Cyclops
- Redaktur: Audri Rianto
- 28 Jul
- 2 menit membaca
Papua dikenal sebagai daerah dengan banyak jenis flora dan fauna menakjubkan. Kali ini, Papua kembali menggemparkan dunia dengan ditemukannya udang yang hidup di darat, tepatnya di wilayah pegunungan.

Sumber: sindonews.net
Berbeda dari kebanyakan udang yang hidup di lingkungan perairan, spesies udang ini justru ditemukan menetap di daratan, seperti di atas tanah, di dalam rongga pohon, serta di balik batu-batu lembap di hutan pegunungan Cyclops, Papua. Penemuan ini mengejutkan para peneliti karena menunjukkan bentuk adaptasi ekstrem dari kelompok hewan yang selama ini dikenal sebagai penghuni perairan.
Penemuan di Pegunungan Cyclops
Tim peneliti, salah satunya ialah Dr. Leonidas-Romanos Davranoglou Oxford University Museum of Natural History melakukan ekspedisi ke Papua pada tahun 2023 silam. Di sana mereka menemukan udang berukuran kecil, dengan panjang 1,5 cm berwarna coklat kemerahan, berada jauh dari perairan tepatnya di Pegunungan Cyclops.
Penemuan ini sontak membuat mereka terkejut, Davranoglou menduga tingginya curah hujan dan kelembapan udara di sana yang membuat udang tersebut dapat hidup tanpa air.
Adaptasi yang Tidak Umum
Penemuan udang darat ini membuka wacana baru dalam dunia biologi evolusi. Udang secara umum termasuk dalam kelompok krustasea yang bernapas melalui insang dan sangat tergantung pada keberadaan air. Namun, spesies ini tampaknya telah mengalami adaptasi morfologis dan fisiologis untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungan terestrial yang lembap.
Kemampuan bertahan di luar air menunjukkan bahwa hewan ini memiliki cara menjaga kelembapan tubuh dan insangnya, serta mengatur respirasi dalam lingkungan minim air. Keunikan lain yang dimiliki udang ini ialah ia mampu melompat lebih dari 1 meter ketika merasa terancam. Mereka juga memiliki kantung khusus di sepanjang tubuhnya yang berfungsi sebagai tempat telur.
Belum Memiliki Nama Ilmiah
Ketika ditemukan, udang ini langsung diberi nama ‘Paratya cyclopensis’, namun hingga kini nama tersebut belum dipublikasikan dan dideskripsikan secara resmi dalam literatur ilmiah. Namun, para peneliti menduga bahwa udang ini berasal dari kelompok amphipoda darat atau kerabat dekat udang air tawar yang telah berevolusi untuk hidup di lingkungan daratan.
Peneliti menyebut penemuan ini sebagai bukti bahwa Papua masih menyimpan banyak keanekaragaman hayati yang belum terungkap. Wilayah pegunungan Cyclops sendiri tergolong kurang dieksplorasi dan memiliki potensi besar untuk penemuan spesies baru.
Pentingnya Konservasi
Penemuan udang darat ini menegaskan pentingnya pelestarian hutan dan ekosistem dataran tinggi di Papua. Sebagai rumah bagi spesies endemik dan unik, wilayah seperti Cyclops harus dilindungi dari ancaman deforestasi dan aktivitas manusia yang merusak. Keanekaragaman hayati Papua bukan hanya penting untuk ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai warisan alam yang tak ternilai.
Komentar