top of page

Perbedaan Toleransi Salinitas Udang Vaname dan Udang Windu

  • Redaktur: Audri Rianto
  • 11 Jun
  • 2 menit membaca

Diperbarui: 15 Jun

Banyak jenis udang yang bisa dibudidayakan, namun yang paling umum dibudidayakan di Indonesia ialah udang vaname dan udang windu. Pemilihan antara keduanya biasanya disesuaikan dengan kondisi lingkungan, karena keadaan lingkungan yang ideal nantinya akan menentukan keberhasilan budidaya.


 

Keduanya memang memerlukan lingkungan dengan kualitas air yang terjaga untuk tetap produktif, namun nilai toleransi antara kedunya tentu memiliki perbedaan. Salah satunya ialah toleransi terhadap nilai salinitas.

 

Udang Vaname: Serbaguna dengan Rentang Toleransi Luas

Udang vaname dikenal sebagai udang yang paling adaptif terhadap berbagai kondisi salinitas. Udang vaname diketahui mampu bertahan hidup dan tumbuh pada salinitas yang sangat rendah hingga sangat tinggi, yaitu dari 10 ppt hingga 35 ppt (part per thousand).

 

Kemampuannya ini memungkinkan udang vaname dapat dibudayakan di banyak lokasi, mulai dari tambak yang berada di dekat pantai hingga tambak yang hanya memiliki akses pada air payau bahkan air tawar. Keunggulannya ini yang kemudian menarik banyak minat pembudidaya untuk membudidayakannya.

 

Meskipun memiliki daya adaptasi tinggi pada berbagai tingkat salinitas, pertumbuhan optimal udang vaname paling sering terjadi pada salinitas dengan nilai 15–25 ppt. Pada salinitas yang lebih rendah, udang vaname masih bisa tumbuh dengan baik selama proses aklimatisasi dilakukan secara bertahap.

 

Udang Windu: Sensitif tapi Bernilai Tinggi

Berbeda dengan vaname, udang windu memiliki rentang toleransi salinitas yang lebih sempit, yaitu sekitar 10 ppt hingga 35 ppt. Pertumbuhan optimal windu terjadi pada salinitas mendekati air laut, yakni 15–30 ppt.

 

Udang ini kurang toleran terhadap perubahan salinitas yang ekstrem atau mendadak, dan lebih mudah mengalami stres serta kerentanan terhadap penyakit jika kondisi air tidak stabil.

 

Karena sifatnya yang sensitif, udang windu lebih cocok dibudidayakan di tambak-tambak yang berdekatan dengan pantai dan memiliki sumber air laut yang konstan. Walaupun demikian, windu tetap memiliki daya tarik tersendiri karena nilai jualnya yang tinggi dan cita rasa dagingnya yang khas.

 

Implikasi Budidaya

Perbedaan dalam toleransi salinitas ini memiliki dampak besar terhadap strategi budidaya yang diterapkan. Udang vaname memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada pembudidaya, karena dapat diintegrasikan ke berbagai sistem, termasuk tambak tertutup, bioflok, maupun budidaya darat. Sementara itu, budidaya udang windu menuntut pengelolaan air yang lebih hati-hati dan lokasi yang lebih spesifik.

 

Selain itu, dalam menghadapi perubahan iklim dan fluktuasi curah hujan yang menyebabkan variasi salinitas, vaname cenderung lebih unggul dalam hal ketahanan dan kelangsungan hidup.

 

Kesimpulan

Secara umum, udang vaname lebih fleksibel dan mudah diadaptasikan dalam berbagai kondisi budidaya, terutama pada lingkungan dengan salinitas rendah atau fluktuatif. Sementara itu, udang windu meskipun menawarkan harga jual tinggi, membutuhkan kondisi lingkungan yang lebih stabil dan menantang secara teknis.

 

Dengan mengetahui perbedaan ini, pembudidaya dapat memilih jenis udang yang paling cocok dengan kondisi tambak serta tujuan produksi yang ingin dicapai.



Baca Juga

 

Comentários


bottom of page