top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Kemarau Mengancam Udang dan Bandeng di Indramayu


Budidaya udang dan bandeng di Kabupaten Indramayu terganggu akibat dari tingginya tingkat salinitas air yang disebabkan oleh suhu udara panas pada musim kemarau tahun ini.

Sumber: sindonews.com

Akibatnya, para petambak dipaksa untuk melakukan panen dini, ketimbang harus mengalami kerugian akibat udang mati. Kondisi tersebut dialami oleh hampir semua petambak yang ada di Blok Waledan, Desa Lamarantarung, Kecamatan Cantigi.

Sudah banyak (udang) yang mati, maka saya panen yang masih hidup saja, padahal usia masih kurang,” ungkap salah seorang petambak yang biasa dipanggil Kaleng.

Menurutnya, udang tidak akan bertahan lama dalam kondisi seperti itu, sehingga pemanenan dini merupakan tindakan yang dirasa cukup tepat demi meminimalisir kerugian.

Dari 50 ribu benih udang vaname yang ia budidayakan, Kaleng hanya mampu memanen sekitar 20 kg saja, itupun hanya dengan udang yang ukuran kecil. Padahal, apabila panen dalam kondisi normal, hasilnya bisa mencapai 5 kuintal.

Selain petambak yang ada di Blok Waledan, para petambak yang ada di Blok Pulomas, Desa Penyingkiran Lor, Kecamatan Cantigi juga mengalami hal yang sama. Kadim dan Tariwang, yang merupakan petambak udang vaname di sana mengaku memanen udangnya sebelum waktunya, sebab udang tidak akan mampu bertahan pada kondisi cuaca seperti ini.

Kemarau ini juga memengaruhi pertumbuhan ikan bandeng di daerah tersebut. Tano, salah satu pembudidaya bandeng mengaku bahwa bandeng yang ia budidayakan tidak mati, namun ukurannya tidak kunjung membesar.

Saat kondisi normal, bandeng dapat dipanen saat berumur 6 bulan dengan bobot hampir mencapai size 3 atau 1 kg untuk 3 ekor. Sedangkan saat ini, bobot bandeng menjadi menyusut dan bobotnya diperkirakan hanya mencapai size 7-8 atau 7 sampai 8 ekor untuk 1 kg.

Baca Juga:

147 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page