Petani garam di Indonesia saat ini masih mengandalkan iklim dalam memproduksi garam. Untuk itu, ada waktu-waktu tertentu petani garam tidak bisa panen, terutama saat musim hujan.
Diketahui, musim hujan akan membuat garam memiliki kualitas dan kuantitas yang menurun. Berawal dari permasalahan tersebut, muncullah inovasi baru dalam dunia pertambakan garam. Inovasi tersebut adalah rumah prisma.
Sumber: kompas.id
Rumah prisma merupakan petakan-petakan kristalisasi garam yang dilapisi dengan atap berbentuk prisma yang terbuat dari bahan plastik. Dengan lindungan dari atap plastik ini, tambak garam dapat panen dalam segala kondisi iklim.
Bentuk prisma ini dibuat berdasarkan keadaan iklim pada daerah pertambakan garam yang dinilai sangat lapang, sehingga angin akan leluasa menerpa. Nah, bentuk prisma ini dianggap yang paling ideal dalam mencegah terpaan angin kencang, sehingga atap dapat tetap berdiri kokoh.
Rumah garam prisma ini pertama kali ditemukan oleh petani asal Lamongan, tepatnya di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong yang bernama Samian Arifin. Beliau mengaku, berkat inovasi ciptaannya ini, hasil panen yang didapatkan meningkat pesat. Untuk itu, sangat disarankan agar rumah prisma ini dapat diterapkan oleh semua petani garam.
Dari banyaknya petani garam yang ada di daerah tersebut, diketahui hanya Arifin saja yang menggunakan metode rumah garam ini. Kebanyakan petani garam di sana masih menggunakan metode konvensional, namun perlahan-lahan mulai banyak yang beralih menggunakan metode rumah prisma ini.
Menurut Arifin, inovasi ini dapat membuat Indonesia berhenti untuk melakukan impor garam. Itu sebabnya, Arifin berharap bahwa inovasi yang ia temukan ini dapat diadaptasi oleh para petani garam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga mereka juga dapat menikmati rasa manis dari bertambak garam.
Baca Juga: