top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Indonesia Coba Produksi Pakan Ikan dari Bungkil Biji Karet


Pakan ikan dari bahan organik mulai menjadi primadona di dunia perikanan.

Pada umumnya, pakan ikan memanfaatkan bungkil kedelai sebagai bahan baku pembuatannya. Namun, karena sebagian besar kedelai Indonesia masih diekspor dari luar negeri, maka hal tersebut membuat harga pakan ikan menjadi mahal.

Semakin hari, inovasi-inovasi baru terkait pembuatan pakan ikan semakin banyak ditemukan. Baru-baru ini, muncul inovasi pakan ikan terbaru yaitu dengan memanfaatkan bungkil biji karet.

Sumber: pertanianku.com

Hal ini dijelaskan oleh Guru Besar Fakultas dan Ilmu Kelautan di Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB), Muhammad Agus Suprayudi. Beliau memaparkan inovasiya dan mengatakan bahwa bungkil biji karet dapat menggantikan fungsi bungkil kedelai tapa menimbulkan efek negatif bagi ikan.

Selain itu, minyak biji karet juga dapat digunakan sebagai sumber lemak dan asam lemak esensial yang penting bagi pertumbuhan ikan.

Dia juga menyebutkan bahwa minyak biji karet lebih bagus dari minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedelai dan minyak salmon. Namun, biji karet juga mengandung sianida. Jika kandungan sianida ini tidak dihilangkan tentu akan menimbulkan masalah pada ikan, salah satunya adalah dapat mengakibatkan kerusakan ginjal ikan.

Gagasan mengenai inovasi ini tentu sangat bagus apabila bisa dikembangkan dengan baik. Namun Agus mengakui bahwa untuk mewujudkannya tidaklah mudah.

“Memang terdapat hambatan dalam mengembangkan pakan biji karet ini, yakni untuk mendapatkan biji karet hanya bisa sekali setahun sehingga supply-nya tidak terjamin. Solusinya adalah kerjasama dengan pemerintah bagaiman produksi biji karet dapat terjadi 2-3 kali dalam setahun”, jelasnya.

Menurutnya, selain dapat menekan biaya produksi perikanan, kesejahteraan petani karet juga akan meningkat dan impor bungkil kedelai dapat ditekan sehingga mampu menghemat devisa negara.

Salah satu caranya adalah dengan menambahkan asam amino esensial serta pemberian rasio protein energi yang sesuai. Teknik ini diketahui dapat meningkatkan efisiensi protein sebesar 13 hingga 38,7 persen.

Baca Juga:

348 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page