top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Teknologi Microbubble Diklaim Ampuh Optimalkan Budidaya Udang Vaname


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) baru saja meluncurkan sebuah teknologi baru, yaitu ‘Teknologi Microbubble untuk Budi daya Udang Vaname Ultra Intensif’ yang berlokasi di Laboratorium Kelautan IPB.

Pada kesempatan tersebut, Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan selama ini banyak kendala yang dihadapi para pembudidaya perikanan, khususnya budi daya udang. Pada budi daya udang, para petambak sering mengalami kendala berupa tingginya biaya listrik, limbah yang tidak dikelola dengan baik, hingga munculnya penyakit.

Sumber: kkp.go.id

Menilik dari beberapa kendala tersebut, Sjarief menjelaskan tentang rekayasa teknologi akuakultur yang diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Pihaknya kini telah memiliki satu teknologi yang dinamakan dengan Microbubble. Teknologi ini dikhususkan untuk budi daya udang vaname.

“Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatau rekayasa teknologi akuakultur yang rama lingkungan dan berkelanjutan”, ungkapnya.

Kelebihan lain dari teknologi Microbubble ini adalah tidak memerlukan proses penyifonan, yaitu pembuangan lumpur limbah sisa pakan dan kotoran udang. Pada sistem ini, limbah padatan akan tertangkap pada filter fisik, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.

Sjarief juga mengklaim bahwa pengaplikasian teknologi ini dapat dilakukan pada usaha skala rumah tangga hingga industri besar, sehingga pembudidaya kecil juga dapat ikut diberdayakan.

Teknologi Microbubble sendiri didesain oleh Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) yang dibuat secara sederhana sehingga dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat yang melakukan usaha budi daya udang.

Dengan menggunakan teknologi Microbubble pada kolam berukuran volume 49 m3selama 60 hari pembesaran, diklaim mampu menghasilkan udang berukuran berat 14 gram per ekor dari berat awal 0,5 gram serta mampu meraup keuntungan bersih sekitar Rp 94,3 juta per tahun dengan nilai investasi awal Rp 31 juta.

“Diharapkan penemuan ini dapat menjadi solusi permasalahan yang timbul pada budi daya udang vaname, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, tutup Sjarief.

Baca Juga:

316 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page