top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Ikan Kerapu Jadi Komoditi Andalan di Pulau Terpadat di Dunia


Pulau Bungin dapat dikatakan sebagai pulau terpadat di dunia. Julukan tersebut didapat karena pulau tersebut hanya seluas 8 Ha, namun penduduknya mencapai 4.000 jiwa.

Menurut kompas.com, pulau yang terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat nyaris tidak ada terlihat tanaman yang tumbuh di sana, karena lahan sudah dipenuhi oleh pemukiman, dan mayoritas penduduk di sana merupakan nelayan.

Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat tersebut, Direktorat Jendral Pengembangan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi mengembangkan program budi daya ikan kerapu dengan menggunakan sistem keramba apung.

Sumber: metrotvnews.com

Berkat tekad dan kerja keras dalam menjalankan program tersebut akhirnya berbuah keberhasilan. Bahkan, pulau Bungin juga dikenal sebagai destinasi wisata kuliner ikan kerapu.

“Budi daya ini kini sudah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan, dan malah kini pulau Bungin menjadi terkenal sebagai destinasi wisata kuliner ikan kerapu di Sumbawa Besar”, ujar Hasrul Edyar, Direktur Pengembangan Daerah Pulau Terpencil dan Terluar.

Tercatat, ada 3 lokasi yang menjadi percontohan untuk program ini, yaitu Desa Bungin dan Labuhan Bajo, keduanya berasal dari Kecamatan Alas. Lalu, yang ketiga adalah Desa Labuhan Jambu di Kecamatan Torano. Ketiga lokasi ini diberi fasilitas baik sarana maupun prasarana untuk membudidayakan ikan kerapu.

Hasrul Adyar menceritakan, saat tahun 2015 setiap kelompok pembudidaya kerapu dari tiga lokasi tersebut mendapatkan bantuan tahap I berupa 4 unit atau 32 lubang keramba apung, bibit ikan kerapu sebanyak 7000 ekor, pakan ikan dan perahu jukung 1 unit.

Setelah program berjalan selama 2 tahun, ketiga lokasi tersebut sudah beberapa kali panen raya. Hal ini yang kemudian membuat para nelayan yang ada di Pulau Bungin kemudian mengembangkan program ini tidak hanya sebagai tempat budi daya ikan saja, melainkan juga dijadikan sebagai destinasi wisata.

Terlihat saat ini terdapat restoran-restoran yang dibangun di atas keramba-keramba apung yang menyediakan aneka masakan laut, wisata memancing, dan snorkeling.

Kesuksesan para nelayan dalam mengelola bantuan peningkatan kesejahteraan tersebut membuat Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar kembali memberikan bantuan tahap II.

Bantuan tahap II tersebut meliputi rumpon apung 2 unit, landasan apung 1 unit, alat pembersih keramba 3 unit, freezer 3 unit, jaring keramba besar 12 buah, dan jaring keramba kecil 12 buah. Total dana adalah sebesar Rp 1,9 miliar.

“Dengan bantuan tahap II ini, diharapkan nelaya akan lebih bersemangat dalam mengembangkan budi daya ikan kerapu serta memfasilitasi lokasi ini menjadi destinasi wisata yang layak”, tambah Hasrul.

Baca Juga:

118 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page