Oksigen terlarut merupakan salah satu alasan makhluk akuatik seperti udang dapat hidup. Dalam dunia tambak udang, oksigen terlarut harus selalu tersedia agar udang tetap produktif. Jangan sampai oksigen terlarut pada tambak dalam keadaan rendah, apalagi hingga di bawah 2 ppm. Apabila itu terjadi, maka udang akan mengalami hipoksia.
Sumber: fishfocus.co.uk
Hipoksia adalah suatu keadaan di mana kadar oksigen terlarut dalam air tambak udang berkurang hingga mencapai tingkat yang dapat membahayakan kelangsungan hidup udang. Tambak yang sehat memiliki kadar oksigen terlarut tidak lebih kecil dari 4 ppm, sementara tambak yang mengalami hipoksia akan memiliki kadar oksigen terlarut di bawah 2 ppm.
Hipoksia dapat menimbulkan masalah kesehatan pada udang, seperti memicu stres, penurunan nafsu makan, pertumbuhan yang terhambat, dan bahkan yang paling parah adalah kematian massal pada udang. Untuk itu, petambak harus tahu penyebab dari hipoksia, supaya petambak dapat mencegahnya sedini mungkin.
Faktor Penyebab Hipoksia
Kepadatan Udang yang Tinggi: Faktor pertama yang dapat menyebabkan hipoksia pada tambak ialah tingginya padat tebar. Sebagai petambak, Anda wajib mengetahui kapasitas dari tambak yang Anda miliki. Jangan sampai Anda menebar benih dengan jumlah yang terlalu banyak apalagi sampai melebihi kapasitas dari kolam tambak.
Tambak dengan padat tebar yang tinggi tentu membutuhkan asupan oksigen yang juga tinggi serta menghasilkan lebih banyak limbah organik yang berasal dari pakan tak termakan dan feses udang yang membludak. Apabila tidak diimbangi dengan manajemen yang baik, maka kedua hal tersebut tentu akan membuat kadar oksigen yang ada pada tambak menurun drastis hingga mengakibatkan hipoksia.
Kualitas Air yang Buruk: Saat tambak menghasilkan limbah organik yang tak terkontrol, maka pembenPenyebab Hipoksia pada Tambak Udangtukan sedimen di dasar tambak juga akan meningkat. Sedimen yang tinggi, akan meningkatkan kadar zat beracun seperti amonia, nitrit, nitrat dan hidrogen sulfida. Ketika zat-zat tersebut muncul di tambak, itu menandakan bahwa kualitas air sangat buruk. Efeknya ialah kadar oksigen tambak menjadi tidak stabil dan berpotensi mengalami hipoksia.
Kurangnya Aerasi: Kurangnya aerasi atau sirkulasi air yang buruk dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Aerasi yang tidak maksimal biasanya terjadi karena kincir yang rusak secara tiba-tiba atau adanya gangguan aliran listrik, sehingga proses oksigenasi menjadi terhambat. Apabila kendala tersebut terjadi dalam waktu lama, maka proses pemenuhan kebutuhan oksigen bagi udang akan terhenti yang kemudian bisa menyebabkan hipoksia.
Blooming Alga: Ledakan populasi alga secara masif dapat terjadi karena tambak mengalami kelebihan nutrien. Alga sama seperti tanaman pada umumnya, ia juga membutuhkan oksigen untuk respirasi di malam hari. Dengan adanya populasi alga yang tak terkendali pada tambak, maka tingkat konsumsi oksigen terlarut akan meningkat. Udang akan bersaing dengan alga untuk mendapatkan oksigen, yang mana akan membuat kebutuhan udang tidak terpenuhi dengan baik.
Saat populasi alga terlalu banyak, maka alga yang mati di tambak juga tak kalah banyak. Alga yang mati tersebut akan terurai dan menimbulkan tumpukan bahan organik di tambak. Proses penguraian tersebut juga membutuhkan oksigen yang banyak. Semakin banyak bahan organik yang perlu diuraikan maka semakin banyak oksigen yang terpakai, sehingga risiko hipoksia akan semakin besar.
Baca Juga
Comments