Amonia merupakan gas beracun yang sering muncul pada kolam maupun tambak. Gas ini dapat meracuni komoditi perairan yang ada. Namun, amonia biasanya banyak timbul pada kolam budidaya ikan, ataupun kolam yang tidak memiliki aerator seperti kolam lele.
Walaupun Penyebab utama dari timbulnya amonia adalah pengendapan bahan organik di dasar kolam, namun peran aerator juga sangat memengaruhi. Hal ini karena semakin sering kolam mengalami proses aerasi, maka kolam tersebut akan terhindar dari hadirnya amonia. Lalu, apakah tambak udang juga akan mengalami kenaikan kadar amonia?
Sumber: bppp-tegal.com
Berdasarkan pengalaman dari banyak pembudidaya, amonia jarang sekali dijumpai pada tambak udang. Sebab, tambak udang senantiasa dilakukan aerasi menggunakan kincir air.
Dengan kata lain, air pada tambak selalu mengalami pengadukan dan pengaliran oksigen. Air yang senantiasa diaduk dan teraliri oksigen akan terhindar dari pengendapan bahan organik, sehingga penguraian secara anaerob oleh bakteri dapat dihindari. Hal inilah yang membuat amonia enggan untuk timbul.
Untuk itu, tambak udang dituntut untuk menggunakan kincir air yang memiliki daya tahan tinggi, karena tambak memerlukan aerasi hingga proses budidaya selesai. Kincir Air Tambak Olympia adalah satu dari sekian banyak produk kincir air yang telah teruji mampu menciptakan oksigen terlarut dalam air tambak secara optimal selama proses budidaya berlangsung.
Belum lagi jika pembudidaya menggunakan alas tambak, maka kondisi tersebut akan semakin baik dalam menghindari kemunculan amonia. Hal ini karena alas tambak mampu menekan lumpur untuk tidak mencemari air serta menghindari terikatnya bahan organik di dasar.
Geomembrane merupakan produk alas tambak yang telah banyak digunakan oleh petambak di seluruh Indonesia. Berbahan baku High Density Polyethylene, membuat geoemembrane tidak gampang bocor dan dapat digunakan selama 10 tahun.
Baca Juga: