top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Komoditas Udang Berpotensi Tingkatkan Ekspor Perikanan Indonesia


Melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pemerintah terus mengupayakan peningkatan ekspor produk perikanan Indonesia. Hal ini dilakukan demi mencapai target ekspor yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu USD 5 Miliar.

Udang merupakan salah satu produk perikanan Indonesia yang dinilai memiliki potensi paling besar untuk dikembangkan demi mencapai target ekspor.

Sumber: kontan.co.id

Untuk itu, KKP juga turut menggelar Marine and Fisher Business and Investment Forum dengan tema "Mendorong Ekspor Perikanan Indonesia Melalui Peningkatan Investasi Udang Nasional" di kantor KKP di Jakarta.

Pada acara itu, Rifky Effendi selaku Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, mengatakan terdapat 6 komoditi yang mampu memacu nilai ekspor perikanan Indonesia. Keenam komoditi yang dimaksud adalah udang, tuna, kepiting dan ranjungan, gurita, rumput laut, serta kepiting dan tongkol.

Dari keenam komoditi itu, udang adalah komoditi yang dinilai sebagai pilar utama ekspor produk perikanan Indonesia, sebab hanya kurun waktu Januari hingga Oktober 2018 saja, nilai ekspor udang sudah mencapai USD 1,5 Miliar.

Rifky juga menyebutkan bahwa pasar utama udang Indonesia adalah pantai timur Amerika. Sedangkan untuk pantai barat masih dikuasai oleh pemasok dari India. Begitu juga dengan pasar Eropa yang masih belum dapat dioptimalkan untuk pemasaran produk perikanan Indonesia.

Menurut Rifky, secara umum kebutuhan udang dunia masih belum dapat dipenuhi pemasok-pemasok yang ada, sehingga hal ini menjadi sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk mengoptimalkan pemasaran udang. Utamanya adalah dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi penangkapan atau budi daya dan pemberdayaan ahli-ahli perikanan Indonesia.

"Potensi udang ini masih besar dan ternyata Unit Pengolahan Ikan (UPI) udang itu baru beroperasi sekitar 60 persen. Saat saya ngobrol dengan para eksportir udang, mereka mengaku kekurangan bahan baku, artinya yang harus kita dorong adalah sektor hulu, produsen udangnya. Tambaknya harus kita perbanyak, jadi kita dorong intensifikasinya dan penggunaan teknologi kolam bioflok udang", ujar Rifky.

Sebenarnya, industri pertambakan Indonesia telah berjaya pada tahun 1980-an. Namun, karena beberapa faktor seperti teknis, finansial, politik dan sebagainya membuat banyak industri tambak mulai mati.

Menurut Rifky, sekaranglah waktu yang tepat untuk mengembalikan kejayaan industri udang di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi mulai dari perhitungan tingkat kelangsungan hidup, penetasan, pembibitan, dan pembesaran.

Baca Juga:

213 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page