Puluhan tahun mendatang cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia diperkirakan akan habis, jika tidak ditemukan lokasi cadangan baru.
Untuk mengantisipasi semakin menurunnya cadangan energi fosil, pemerintah melalui regulasi dan kebijakan pembiayaan serta penelitian, giat mengembangkan energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN). Penggunaan BBN lebih ramah lingkungan dan harganya lebih ekonomis dibandingkan BBM. Beberapa jenis tanaman perkebunan punya potensi besar untuk menghasilkan bahan bakar nabati yang dapat digunakan sebagai subsitusi cadangan minyak fosil. Bioenergi yang dihasilkan BBN dapat berupa biodiesel dan bioetanol serta biogas.
Melalui hasil penelitian yang sudah dilakukan Kementerian Pertanian, terdapat beberapa jenis tanaman perkebunan penghasil bioenergi, yaitu kelapa sawit, tebu, jarak pagar, dan kemiri sunan. KELAPA SAWIT Kelapa sawit merupakan jenis tanaman monokotil, kandungan sabutnya (meso-carps) mengandung minyak. Pabrik-pabrik biodiesel skala komersial yang sekarang beroperasi di Indonesia, menggunakan CPO dari kelapa sawit sebagai bahan baku. Dalam proses produksi CPO, satu ton Tandan Buah Segar (TBS) menghasilkan 200 kg CPO, limbah padat Tandan Kosong Kelapa sawit (TKKS) 250 kg dan 0,5 m3 LCPKS. Komponen utama tandan kosong kelapa sawit yaitu selulosa (45,95%), lignin (16,46%) dan hemiselulosa (22,84%) yang tergabung menjadi lignoselulosa.
Selulosa inilah yang menyebabkan TKKS bisa diolah menjadi bioetanol. Bioetanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang mengandung karbohidrat (gula, pati, atau selulosa). Dalam memproduksi bioetanol dari bahan lignoselulosa dibutuhkan enzim pendegradasi lignoselulosa yang akan mengubah glukosa menjadi etanol.
Enzim tersebut dapat diperoleh dari mikroorganisme yang tersedia berlimpah di alam. Melalui penerapan bioteknologi, dengan penggunaan mikroba sebagai penghasil enzim, dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang rentan menambah polusi di bumi. TEBU Dalam industri pabrik gula, dihasilkan produk sampingan berupa padatan yaitu bagas tebu sebesar 30-40 persen dari setiap tebu yang diproses. Gula tebu yang termanfaatkan hanya 5 %, sisanya berupa tetes tebu (molase), blotong, dan air. Molases mengandung kurang lebih 60% sellulosa dan 35,5% hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol. Potensi produksi molasses sekitar10 - 15 ton per hektare kebun tebu. Produksi bioetanol berbahan baku molases sedang dikembangkan oleh peneliti. JARAK PAGAR Tanaman jarak pagar dapat dengan mudah tumbuh pada berbagai iklim dan kondisi tanah. Biji jarak pagar mengandung minyak berkisar 33 %. Setiap satu hektar lahan dapat ditanami dengan 2.500 jarak pagar dan diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 1.700 liter biodiesel/tahun. KEMIRI SUNAN Kemiri Sunan punya potensi sebagai penghasil biodiesel. Keunggulan kemiri sunan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, punya rendemen minyak kasar mencapai 51,61 % dan rendemen biodiesel hingga 88 %.
Saat ini berbagai varietas kemiri sunan sedang dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti.
BACA JUGA INFORMASI PERKEBUNAN
Customer Sales Representative kami di Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224
Up.Christy Saulina
Telp: 085277758269