top of page
  • Redaktur: Maulina Siregar

Pematangan Indukan Udang Windu di Tangki Maturasi


Di habitat aslinya udang windu (Penaeus Monodon) adalah hewan nokturnal, yang melakukan aktivitas pada malam hari. Pada siang hari, udang windu akan menggali ke dalam substrat tanah dan muncul pada malam hari untuk mencari makan. Dikarenakan ukurannya yang besar dan kelangsungan hidup yang lebih baik, benih udang windu di alam liar (habitat alami) digunakan untuk dibudidayakan di kolam besar secara ekstensif. Namun, belakangan penggunaan benih liar telah berkurang, karena terkait penangkapan berlebihan dan wabah penyakit white spot yang menyerang pembibitan udang windu. Oleh karena itu benih udang windu sekarang ini lebih mengandalkan suplai dari produksi pembenihan.

Udang windu betina yang sehat biasanya memiliki panjang 25-30 cm, dengan berat 200-320 gram. Adapun udang windu jantan biasanya akan berukuran 20-25 cm dan beratnya 100-170 gram. Udang yang ditangkap di alam liar (habitat alami) oleh para pembudidaya digunakan sebagai induk dalam proses pematangan ovarium.

Panen udang windu. Foto: infopertanian.blogspot

Indukan yang berasal dari laut dengan kedalaman 60-80 meter atau sekitar 20 mil lepas pantai, merupakan indukan yang berkualitas baik. Sebab memiliki prevelansi (resiko) lebih rendah terserang penyakit. Setelah indukan ditangkap, dan melewati masa stres selama proses pengangkutan, mereka ditebar dalam tangki atau kolam maturasi berbentuk lingkaran.Tangki atau kolam maturasi yakni unit kolam pengolah air limbah dengan sumber oksigen dari fotosintesis alga. Oksigen yang tersedia terdapat di seluruh kedalaman kolam. Kemudian kolam atau tangki maturasi ditutup dan gelap. Kepadatan tebar sama untuk udang windu jantan maupun betina, yakni 2-3/meter persegi.

Udang windu kemudian akan melakukan pergantian kulit dengan cara memanipulasi salinitas air. Selanjutnya, terjadi perkawinan. Perkawinan lebih mudah terjadi ketika ada kemunculan sermatophore di dalam thelycum dan terjadi pengerasan cangkang. Indukan udang windu sebaiknya diberi makan dengan cumi-cumi, kerang atau daging kerang yang dilengkapi dengan biomassa Artemia untuk meningkatkan proses reproduksi.

Tahap awal perkembangan ovarium dapat diobservasi dalam minggu pertama setelah ablasi terjadi. Ablasi yakni proses penghilangan tangkai mata pada udang untuk mempercepat perkembangan gonad. Selanjutnya, udang windu betina gravid (memiliki bercak kehamilan), telah memasuki tahap awal pematangan telur. Kemudian dipindahkan ke dalam tangki pemijahan. Setelah pemijahan, udang windu betina dapat digunakan kembali selama beberapa kali untuk proses pematangan. Sementara udang windu jantan dapat digunakan selama beberapa bulan, tergantung pada kondisi tangki dan kesehatan udang.

Apakah udang windu petelur ditangkap langsung dari laut atau melalui proses induksi di tangki maturasi, umumnya udang windu akan bertelur pada malam pertama atau kedua di hatchery (bangunan yang berfungsi sebagai tempat memproduksi benih ikan mulai dari pemijahan sampai menghasilkan larva). Meski demikian, proses pemijahan dapat ditunda jika proses pengangkutan atau transportasi udang windu dilakukan semalaman. Petelur dapat ditempatkan di dalam pipa PVC. Udang windu betina yang sedang bertelur harus ditempatkan secara individual di dalam tangki pemijahan kecil untuk menghindari penyebaran penyakit yang mungkin terjadi selama pemijahan campuran.

Setelah pemijahan, telur biasanya disimpan di dalam tangki yang selama untuk pembuahan sampai menetas. Larva yang baru menetas, atau disebut Nauplii kemudian dikumpulkan dan dibersihkan. Dibersihkan dengan c ara dibilas dengan air asin yang mengalir untuk menghilangkan lemak dan material puing-puing lainnya. Kemudian di transfer ke tangki pemeliharaan larva atau untuk proses transportasi ke pusat pembenihan lainnya. Perlu diperhatikan, pematangan indukan yang berlokasi di pantai tentunya memerlukan operasional yang mahal. Butuh air bersih dalam volume yang besar, air asin yang jernih.Sementara dengan sistem pematangan tertutup, sedikit membutuhkan air asin.

  • Penetasan

Untuk proses penetasan dibutuhkan tangki beton, berukuran 4-5 ton. Tangki beton ini sudah terbukti lebih efisien untuk pengelolaan dan pemeliharaan larva, sebab mengadopsi sistem tertutup untuk mencegah udang windu dari penyakit. Tapi jika sudah terlanjur dilakukan outdoor, maka tangki harus ditutup dengan kain atau ubin hitam untuk menghindari fluktuasi diurnal suhu air sekaligus untuk mengurangi intensitas cahaya.

Nauplii biasanya ditebar dengan kepadatan 100.000 per ton dan hingga akhir proses metamorfosis menjadi mysis, biasanya tingkat kelangsungan hidup adalah 70-80 persen. Setelah itu, dipindahkan ke tangki baru, dengan tingkat kelangsungan hidup juga 70-80 persen. Pemberian artemia kering sangat baik sebagai suplemen Nauplii. (*)

Hubungi Customer Sales Representative kami di

Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 6083 0602 Up. Cherrie Gisela

214 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page