Pada usaha budidaya udang, cuaca merupakan salah satu hal yang cukup memengaruhi kesuksesannya. Terutama kemarau yang panjang, maka akan memberikan efek bagi udang yang dibudidayakan.
Efek yang ditimbulkan dari kemarau panjang kebanyakan bersifat negatif, dan sangat memengaruhi kehidupan udang. Pasalnya, jika keadaan tersebut tidak disesuaikan maka udang dapat mati secara perlahan.
Sumber: bisnis.tempo.co
Terdapat dua efek negatif yang dapat terjadi akibat dari musim kemarau, yaitu meningkatnya kadar amonia dan salinitas pada tambak. Keduanya merupakan keadaan yang sangat ditakuti oleh petambak.
Kenaikan Amonia
Seperti yang kita ketahui, kemarau yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan permukaan air tambak, atau air tambak menyusut akibat dari penguapan yang ekstrim. Hal ini membuat perbandingan antara lumpur tambak dan air menjadi tidak seimbang.
Lumpur tambak yang terlalu banyak ini sejatinya mengandung amonia yang tertahan. Jadi, akibat berkurangnya air ini amonia pada lumpur lambat laun akan naik ke permukaan, sehingga kadar amonia pada air tambak akan meningkat.
Dengan kata lain, tambak yang tidak menggunakan alas akan lebih mudah mengalami kenaikan amonia pada saat musim kemarau berlangsung. Nah, tindakan pencegahannya ialah menggunakan alas tambak sebelum memulai proses budidaya.
Geomembrane merupakan salah satu produk yang paling banyak digunakan petambak sebagai alas tambak mereka. Daya tahan dari Geomembrane HDPE juga sudah diakui oleh banyak petambak, bahkan sudah teruji mampu digunakan selama 10 tahun.
Kenaikan Salinitas
Selain amonia, salinitas juga mengalami kenaikan yang signifikan saat musim kemarau berlangsung. Kenaikan salinitas ini terjadi akibat penguapan air yang ekstrim, sehingga membuat kadar garam pada air menjadi lebih pekat.
Salinitas optimal pada budidaya udang vaname ialah 15-25 ppt, jika salinitas mengalami kenaikan yang tak terkontrol maka akan memberikan pengaruh buruk pada udang. Pada kondisi terburuknya, udang akan mengalami kematian secara perlahan dan massal.
Baca Juga: