Puluhan ton ikan keramba miliki petani dan perusahaan swasta (aqua farm) yang ada di Waduk Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mati mendadak. Rata-rata per keramba mengalami kematian hampir sebesar 95%.
Pramuji, selaku Kepala Bidang Perikanan di Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, mengatakan gejala ini ternyata sudah pernah terjadi sebelumnya, tepatnya sepuluh tahun yang lalu yakni pada tahun 2009.
Menurutnya, kematian ikan secara massal ini diduga akibat dari adanya perubahan iklim yang ekstrim pada kemarau ini dengan panas yang luar biasa pada siang hari dan angin dengan suhu rendah di malam harinya yang memengaruhi suhu serta volume air menjadi lebih sedikit dari biasanya.

Sumber: tekno.tempo.co
Berkurangnya air dengan volume ikan yang sama menimbulkan up willing atau naiknya racun dari dasar waduk yang berasal dari sedimentasi atau penumpukan sisa pakan yang digunakan beberapa waktu lalu.
Seorang penyuluh perikanan, Hariyanto juga mengatakan bahwa gejala tersebut merupakan sebuah siklus tahunan. Pada musim kemarau, akan terjadi perubahan iklim yang ditandai dengan surutnya air waduk hampir mencapai 50 persen dari volume keseluruhan. Hal inilah yang berpengaruh terhadap populasi dan perkembangan ikan, terutama yang berapa di dalam keramba.
Akibat dari surutnya air waduk, maka akan timbul gas amonia dari dasar waduk sehingga kadar oksigen pada air akan berkurang. Hal inilah yang selanjutnya membuat ikan mati massal.
Melihat kondisi memprihatinkan ini, Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo telah mengirimkan tim ke lokasi bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang untuk memastikan penyebab gejala tersebut dengan mengambil sampel air dan ikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Baca Juga: