Sistem budidaya minapadi merupakan gabungan dari budidaya tanaman padi dengan ikan air tawar. Sistem budidaya ini diklaim mampu memberikan keuntungan ganti bagi para pembudidaya sekaligus petani padi.
Sistem budidaya ini juga disebut mampu melaksanakan efisiensi lahan, sehingga tidak ada bagian lahan yang tidak terpakai. Dari keuntungan yang didapat itulah, sistem minapadi mulai dilirik oleh dunia, terutama dari negara-negara yang tergabung di lembaga pangan dunia PBB (FAO).
Sumber: mongabay.co.id
Menurut Direktur Produksi dan Usaha Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Umi Windriani sistem minapadi juga mampu memberikan keuntungan lain bagi petani, yakni dapat menghasilkan padi organik karena proses produksinya tidak menggunakan pupuk dan pestisida dari bahan kimia.
Beliau juga mengatakan, dalam satu hektare lahan mampu menghasilkan minimal 1 ton ikan dan padi mencapai 8-10 ton dalam sekali panen. Perincian tersebut membuat Indonesia menjadi percontohan dunia dalam hal budidaya sistem minapadi.
Kampanye Dunia
Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard mengungkapkan keberhasilan Indonesia dalam menciptakan dan melaksanakan sistem minapadi patut disebarluaskan ke seluruh dunia. Ia juga mengatakan bahwa sistem minapadi ini juga mendukung kesetaraan gender, karena peranan wanita juga dilibatkan pada sistem budidaya ini.
“Minapadi juga melibatkan peran para wanita dalam kegiatannya, hal ini tentu sangat mendukung kegiatan kesetaraan gender,” ujarnya.
Selain itu, Nigeria juga menyatakan ketertarikannya untuk mengadopsi sistem minapadi ini. Ketertarikan tersebut tentu dipengaruhi dari potensi keuntungan yang dihasilkan oleh sistem budidaya tersebut.
Dari semua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem budidaya minapadi ini telah menarik perhatian banyak negara di dunia serta dapat diterapkan secara optimal jika faktor-faktor yang diperlukan dapat terpenuhi dengan baik.
Baca Juga: