top of page
  • Redaktur: Audri Rianto

Tolak Rencana Uni Eropa, Indonesia Tetap Produksi Minyak Sawit


Beberapa waktu lalu, Uni Eropa merencanakan untuk membatasi penggunaan minyak kelapa sawit. Peraturan tersebut diberlakukan karena mereka menganggap bahwa pembukaan kebanyakan lahan kelapa sawit dilakukan dengan cara yang tidak ramah lingkungan, serta menimbulkan kerusakan.

Sumber: cnbcindonesia.com

Ekspansi kelapa sawit yang tumbuh pesat dituding sebagai penyebab dari pembukaan hutan secara besar-besaran, yang mana hutan dikenal sebagai habitat asli dari banyak makhluk hidup, termasuk harimau, gajah, dan orang utan yang keberadaannya semakin sedikit di seluruh dunia.

Adanya hal tersebut tentu membuat Indonesia yang termasuk ke dalam produsen minyak sawit terbesar di dunia angkat bicara. Bahkan, pihak Indonesia mengatakan tetap teguh untuk menolak rencana Uni Eropa tersebut.

Indonesia bermaksud menentang rencana tersebut, yang dikenal dengan RED II di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan dasar bahwa rencana tersebut tidak memenuhi prinsip-prinsip perdagangan bebasnya.

Mahendra Siregar, salah satu staf khusus di Kementerian Luar Negeri beranggapan bahwa kerusakan lingkungan tidak hanya disebabkan oleh produksi minyak kelapa sawit, melainkan dapat disebabkan dari produksi minyak nabati lainnya.

Sementara itu, minyak kelapa sawit memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, sehingga lebih baik ditempatkan untuk memenuhi permintaan minyak nabati secara global yang diperkirakan akan mencapai 320 juta ton pada tahun 2025.

Lebih lanjutnya, Siregar mengatakan Indonesia dan Malaysia didukung oleh ASEAN atas masalah ini selama pertemuan terakhir dengan perwakilan Uni Eropa di Brussels. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan untuk membentuk tim kerja bersama untuk membahas masalah kelapa sawit.

Baca Juga:

171 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page