top of page
  • Redaktur : Maulina Siregar

KKP Minta Perusahaan Kelapa Sawit Pasok Bungkil Sawit untuk Bahan Tepung Ikan


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengimbau perusahaan kelapa sawit nasional untuk mendistribusikan bungkil sawit sisa olahannya kepada kelompok-kelompok pakan mandiri. Sehingga ketergantungan terhadap bahan baku pakan ikan yang selama ini masih impor bisa diminimalisasi. Diutarakan oleh Coco Kokarkin Soetrisno selaku Direktur Pakan Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan telah mengirimkan surat berisi ajakan kerjasama kepada Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN.

Seperti diketahui, bungkil sawit (palm kernel meal) yang telah melewati proses fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai tepung ikan (fish meal). Untuk memenuhi kandungan formula ikan, Indonesia masih mengandalkan 10 persen kebutuhan tepung ikan yang diperoleh melalui impor. Sedangkan pada formula pakan udang, kebutuhan tepung ikan yang diimpor sebanyak 70 persen.

Di sisi lain, produksi sawit dalam negeri setiap tahunnya menghasilkan bungkil sawit sebanyak 4,2 juta ton. Untuk menjadi tepung ikan, 4,2 juta ton bungkil sawit ini bakal melewati proses fermentasi. Hasilnya didapati 4 juta ton tepung bungkil yang mengandung komponen protein dan asam amino tinggi. “ Bungkil sawit yang difermentasi kualitasnya sama dengan campuran dedak dan tepung ikan,” ujar Coco seperti dikutip dari Bisnis Indonesia.

Limbah kelapa sawit. Foto:om-tani.blogspot.com

Namun yang menjadi tantangan adalah industri kelapa sawit dalam negeri mayoritas telah menandatangani kontrak penjualan dengan buyer. Sehingga bungkil sawit juga turut terjual bersamaan dengan ekspor minyak sawit (crude palm oil/CPO) maupun turunannya. Dengan kata lain, para importir lebih memilih menjual bungkil sawit kepada perusahaan pakan ternak atau pakan ikan di negara setempat.

Tercatat baru satu saja perusahaan nasional yang bersedia memasok bungkil sawit sebagai bahan paku pakan ikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bungkil sawit tersebut didistribusikan secara gratis sebab selama ini merupakan limbah buangan. "Ada satu perusahaan sawit di Sumatera Selatan yang bersedia menyuplai bungkil sawit kepada kelompok - kelompok pakan ini. Perusahaan tersebut adalah bagian dari Grup Medco,” kata Coco.

Proses fermentasi akan diserahkan kepada kelompok masyarakat yang berada di sekitar lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit. Kemudian, bungkil sawit dijual kepada kelompok - kelompok pakan mandiri. Per kilogramnya dibanderol Rp3.300. Harga ini berada di bawah harga pasar.

Mendorong langkah tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan bantuan berupa peralatan fermentasi untuk 10 kelompok pakan mandiri yang berada di Sumatera Selatan. Setiap kelompok akan mendapatkan Rp 20 juta. Program bantuan ini dimulai per Ferbruari 2017 Sumatera Selatan memang berpotensi untuk kelanjutan pengembangan pakan mandiri.

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memotivasi para produsen minuman beralkohol agar tidak membuang begitu saja sisa ragi (yeast). Sebab ragi tersebut dapat juga diolah untuk produksi pakan terutama untuk proses fermentasi bungkil sawit. Tercatat setiap tahun, Indonesia menghasilkan ragi dalam negeri sebanyak 2 juta ton. “Sasaran kami sebenarnya adalah pabrik bir Bintang (PT Multi Bintang Indonesia Tbk.). Sebab selama ini mereka kerepotan ketika akan membuang sisa. Di sisi lain, kita masih impor yeast tiap tahun. Yeast ini yang akan menjadi bahan campuran ke bungkil,” Coco menjelaskan.(*)

Hubungi Customer Sales Representative kami di

Indah Sari Windu Medan: Jl. Sutomo No. 560, Medan, Sumatera Utara, 20231, Indonesia Surabaya: Pergudangan Tanrise Westgate Diamond, Blok B-16, Wedi, Gedangan, Sidoarjo 61254, Indonesia Telp: 061 4571 224 - 0812 6065 5496 Up. Teguh Raharjo

475 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page